Salin Artikel

Batik, Budaya, dan Pilar Ekonomi Kita

KOMPAS.com - Mewakili Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, membuka “Jogya Internasional Batik Bienalle 2018” (JIBB), di Pegelaran Kraton, DI Yogyakarta, Rabu (3/10/2018).

“Pelaksanaan JIBB ini salah satu upaya kita untuk terus mempromosikan dan mengembangkan batik, karena batik ini sudah diakui sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Ini menjadi tanggung jawab kita supaya batik bisa terus beradaptasi dengan perkembangan zaman,” terang Mendikbud.

Tanggungjawab pelestarian

Pada tahun 2008, jelas Mendikbud, Indonesia mengusulkan batik masuk dalam daftar warisan budaya takbenda–UNESCO, sebagai upaya Pemerintah untuk melindungi dan mengembangkan batik.

Melalui sidang tahunan ICH-UNESCO ke-4, tanggal 2 Oktober 2009, sekretariat Warisan Budaya Takbenda UNESCO mengukuhkannya dalam kategori “Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity”. 

“Oleh sebab itu, tanggal 2 Oktober ditetapkan oleh pemerintah Indonesia sebagai Hari Batik Nasional,” ucap Mendikbud.

Batik bukan hanya selembar kain dengan motif tertentu dan cara pembuatan tertentu tetapi dibalik batik terkandung makna filosofi yang sangat tinggi.

“Pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan para pengrajin batik, tidak hanya tanggungjawab Pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama lintas kementerian, lembaga, badan begara juga pemerintah daerah,” jelas Mendikbud.

Batik sebagai pilar ekonomi

Mendikbud menambahkan, batik sudah bergerak menjadi suatu industri, kita semua memiliki tanggungjawab untuk tetap menjaga nilai-nilai budaya dari batik. Batik diharapkan dapat menjadi pendorong untuk pembangunan berkelanjutan yang berbasis pada kebudayaan.

Selain itu, batik juga diharapkan dapat mengangkat industri kecil dan menengah sebagai pilar ekonomi Indonesia.

“Saya berharap dengan berlangsungnya Jogja International Batik Biennale 2018 ini dapat menjadikan Batik semakin mendunia dan menjadikan masyarakat semakin mencintai nilai budaya batik dan bangga akan warisan budaya nenek moyang kita,” harap Mendikbud.

Pada kesempatan ini, Gubernur D.I. Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X, mengatakan bahwa penyelenggaraan JIBB digelar dengan konsep Inovation for sustainable future, batik dituntut mampu menerobos fashion style dunia sebagai produk tradisi dengan tetap mengekspresikan identitas bangsa yang bersifat unik dan orisinal, serta alami kelestariannya untuk masa depan.

“Mewakili pemerintah dan masyarakat DIY saya menyambut baik dan mengapresiasi, serta berterima kasih atas penghargaan yang diberikan oleh World Crafts Council menempatkan Yogya sebagai Kota Batik Dunia,” tutur Gubernur DIY.

Pelaksanaan JIBB tahun 2018 merupakan salah satu bentuk implementasi atas gelar yang diberikan tersebut. Acara yang terdiri dari forum diskusi, pameran mode (fashion show), pameran batik, karnaval, dan kunjungan seni tentang batik dihadiri peserta dari berbagai penjuru dunia.

JIBB diawali dengan simposium pada tanggal 2 Oktober 2018, dan diakhiri dengan workshop tanggal 6 Oktober 2018.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/04/13583271/batik-budaya-dan-pilar-ekonomi-kita

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke