Salin Artikel

ITB Rancang Bangun "Tunnel" dan "Shelter" Bambu bagi Pengungsi Palu

KOMPAS.com - Tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) di Palu, membangun shelter hunian sementara dan satu buah modul tunnel untuk warga terdampak bencana gempa bumi di Palu, Sulawesi Tengah. Pembuatan shelter dan tunnel tersebut dilakukan di Camp Terpadu Palang Merah Indonesia (PMI) di Petobo, Palu.

Dibantu TNI, Tim ITB memulai pengerjaan pembuatan modul tunnel tersebut, Kamis (18/10/2018). Saat proses pembuatan, Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola berkesempatan pengunjungi Camp Terpadu PMI sekaligus melihat kegiatan ITB di Petobo.

Dilansir dari laman resmi ITB, struktur modul tunel bambu yang berukuran 11.5 x 12 meter itu selesai dibangun pada Sabtu (20/10/2018) dan dapat digunakan untuk aktivitas komunitas pengungsi di Petobo Atas. Ukuran dari modul tunnel tersebut sangat besar sehingga dapat difungsikan untuk posko kesehatan, penyuluhan, dan kegiatan publik lainnya.

Selain bangunan serba guna, ITB juga telah membuat dua shelter dari bambu di lokasi yang sama dengan ukuran 4X4 meter tinggi 3 meter. Selain TNI, proses pengerjaannya pun juga dibantu mahasiswa Arsitektur Universitas Tadulako. Dua shelter keluarga tersebut berhasil dikerjakan dalam waktu kurang dari 2 jam

Perancang tunnel dan shelter bambu tersebut ialah Andry Widyowijatnoko, dari Kelompok Keahlian Teknologi Bangunan, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB. Pada Sabtu (20/10/2018), hasil pembuatan huntara tersebut telah diserahterimakan kepada TNI dan PMI diwakili oleh Mayor Arianto untuk dimanfaatkan sebagai fasilitas publik atau sekolah darurat.

Tim dari ITB yang membuat shelter bambu berjumlah 4 orang. Selain di Petobo, ITB juga membuat 3 shelter lainnya di Jonooge. Alasan dibuat shelter karena tenda-tenda di lokasi tersebut kurang nyaman untuk dijadikan hunian sementara.

"Pengerjaannya kerjasama juga dengan mahasiswa Arsitektur Untad (Universitas Tadulako), nantinya setelah dari ITB selesai mereka yang akan melanjutkan pengerjaan, karena kita terhambat waktu hanya seminggu jadi sangat terbantu sekali untuk pembuatan di tempat lainnya. Kita juga mengerjakan dibantu TNI," Gilang Iqbal Noegraha, Mahasiswa Pascasarjana dari SAPPK-ITB.

Tunnel dan shelter bambu ini ditempatkan di tengah-tengah komplek camp yang berdekatan dengan lokasi tenda bantuan pemerintah Tiongkok dan ruang terbuka. Tidak hanya membangun tunnel bambu, sebelum meninggalkan lokasi camp terpadu PMI di Petobo, tim ITB juga menyerahkan satu unit filter pengolah air dengan dua buah produk air bersih dan air minum.

Alat pengolah air tersebut memiliki kapasitas 500 - 1.000 liter per jam air bersih dan 50 - 100 liter per jam air minum, tergantung dari kualitas air baku. Namun demikian, pemasangan filter pengolah air tersebut akan dibantu PMI dan TNI AD menunggu jaringan listrik menyala.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/23/21510371/itb-rancang-bangun-tunnel-dan-shelter-bambu-bagi-pengungsi-palu

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke