Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Orang Muda Indonesia Jangan Hanya Bisa Posting Makanan dan Wajah

KOMPAS.com - ABB dan The Economist Intelligence Unit (2018) telah menyurvei 25 negara terkait kesiapan negara tersebut menghadapi era otomatisasi berkat semakin canggih robot dan AI.

Sayangnya, kesiapan Indonesia masih berada di ranking 25. Hal ini tentu bukan prestasi menggembirakan bagi kita.

Pembahasan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk orang muda Indonesia menjadi isu pokok dibahas dalam seminar "The Importance of Technology for Indonesia's Youth", 27 Oktober 2018, di @America, Jakarta.

Hadir sebagai pembicara dalam seminar tersebut Rony Setiawan (Lead Developer Telkom Indonesia), Sally Taher (Founder Red and White Consulting), Ellen (Head Data Scientist Red and White Consulting) serta Nicholas Rahardja dan Marco Widodo (Founder Belajar Coding).

Kebutuhan akan digital people

Rony menyampaikan di masa depan Indonesia membutuhkan banyak sekali 'digital people' atau orang-orang yang memiliki kemampuan dalam penguasaan teknologi. "Telkom sendiri setidaknya masih membutuhkan 2 ribu digital people sampai tahun 2020," ungkapnya.

Rony menambahkan, saat ini teknologi sudah banyak mengambil pekerjaan. "Teknologi kini bukan saja menjadi alat namun sudah menjadi budaya kerja," tegas Rony.

Senada dengan hal tesebut, Ellen yang banyak berkecimpungan di bidang sumber daya manusia menyampaikan, "Saat ini HR tidak lagi berkecimpung hanya menerima order dan pekerjaan administrasi saja, tetapi telah menjadi agen perubahan. Salah satu yang sangat dibutuhkan digital mindset atau digital analytic," jelas Ellen.

Teknologi masih sebagai sarana 'eksis'

Sayangnya, saat ini pemanfaatan teknologi masih sebatas gaya hidup saja. Media sosial lebih cenderung digunakan sebagai ajang pamer eksistensi status sosial dan gaya hidup.

"Orang muda harus mulai berpikir memanfaatkan teknologi untuk membangun citra diri atau personal branding yang lebih positif. Media sosial jangan hanya digunakan untuk posting makanan atau wajah saja," ujar Sally.

Ia menambahkan, media sosial dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan hasil pemikiran, ide-ide positif atau hasil riset untuk mendapatkan ekspos global. Bukan hanya share pemikiran orang lain, apalagi hoax.

Rony juga menambahkan, teknologi dapat digunakan sebagai solusi untuk memecahkan setiap permasalahan yang ada. "Teknologi kini telah mengubah gaya kerja. Teknologi dianggap memiliki dampak yang lebih besar dan luas dalam memecahkan persoalan yang ada," kata Rony lebih lanjut.

Sayangnya banyak kompetensi yang sangat dibutuhkan di masa depan belum terintegrasi dalam kurikulum pendidikan kita. Coding, big data, artificial intelligence dan robotic adalah kompetensi yang masih harus 'diimpor' atau banyak menggunakan tenaga pekerja asing.

"Sayangnya kurikulum kita belum mengintegrasikan literasi digital dalam pembelajar sehingga saat ini kita masih kesulitan dalam mendapatkan lulusan Indonesia yang berkompeten dalam bidang coding, misalnya," ujar Selly.

Rony menambahkan, kendala lain muncul masih belum sinerginya antara dunia industri dengan dunia pendidikan dalam menjawab tantangan teknologi. "Masih belum ada link and match antara dunia pendidikan dan industri agar para lulusan mampu menjawab kebutuhan teknologi dari dunia kerja" ujarnya.

Coding dan bahasa global baru 

Kita dapat belajar dari posisi pertama negara yang paling siap menghadapi era Industri 4.0, Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan telah menyiapkan penduduknya memasuki era AI. Salah satunya dengan pembelajaran coding sejak tingkat pendidikan SD.

Finlandia yang dikenal sebagai negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, juga telah memberikan pelajaran coding sejak pendidikan dasar.

Menjawab tantangan itu, Nicholas Rahardja dan Marco Widodo (Founder Belajar Coding) menghadirkan platform pembelajaran coding secara online belajarcoding.online. 

Kedua siswa British School ini terdorong untuk memberikan pembelajar coding dengan cara yang sederhana dan menarik dalam bahasa Indonesia. "Kehadiran Belajar Coding diharapkan dapat memecahkan masalah dengan mengajarkan pelajaran coding dalam bahasa Indonesia dengan mudah dan menarik bagi orang banyak terutama anak muda," ujar Nicholas.

“Sulit untuk memikirkan di mana untuk mulai menyelesaikan masalah kemiskinan dan kurangnya pendidikan. Tapi sekarang saya bisa pergi tidur di malam hari dengan tenang saat mengetahui bahwa ada seseorang di pulau terpencil yang masuk ke situs web kami dan belajar bagaimana coding dalam bahasa Indonesia,” tutup Marco.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/10/27/16291971/orang-muda-indonesia-jangan-hanya-bisa-posting-makanan-dan-wajah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke