KOMPAS.com - Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI) berkoloborasi dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) dan Institute for Governance and Policy Analysis, Universitas Canberra (IGPA UC) menggelar konferensi internasional "2nd International Conference on Administrative Science, Policy, and Governance Studies 2018 (2nd ICAS-PGS 2018)" di Jakarta, 30-31 November 2018.
Konferensi tahunan kedua digelar FIA UI ini mengangkat tema “Advancing Policy, Governance, and Innovation in Digital Ecosystems: A Multidisciplinary Approach."
"Konferensi ini bertujuan untuk mengeksplorasi strategi dan kesiapan pemerintah, pelaku bisnis, serta masyarakat dalam menghadapi era digital. Konferensi ini menjadi networking hub dan diseminasi berbagai studi terkini di bidang ilmu administrasi," jelas Reza Fathurrahman, Ketua Pelaksana ICASPGS 2018 kepada Kompas.com di sela-sela acara.
Ia menambahkan konferensi ini di dihadiri lebih dari 300 orang pakar dan akademisi dari dalam dan luar negeri.
Tantangan Ilmu Administrasi era digital
Tampil sebagai pembicara utama pada hari pertama seminar; Prof. Mark Evans (University of Canberra, Australia), Prof. Wahyudi Kumorotomo, Ph.D (Universitas Gadjah Mada, Indonesia) dan Prof. Eko Prasojo Dekan FIA UI yang juga mantan Wamen PANRB.
Kepada Kompas.com Mark Evans menyampaikan, ada 2 tantangan utama yang dihadapi Ilmu Administrasi di era digital. "Pertama adalah meningkatkan pengalaman kualitas layanan publik berbasis teknologi dan kedua meningkatkan kemampuan dan kompetensi ilmu administrasi berbasis digital sebagai pelaku utama layanan publik," jelas Mark.
Hal senada disampaikan Eko Prasojo, "Problemnya terkait bagaimana mengubah kultur dan kompetensi baru terkait perkembangan era digital yang sangat masiv dan juga global. Persaingan tidak hanya terjadi di negara kita sendiri namun juga dengan negara lain."
Ia menambahkan, demograsi negara kita didominasi generasi milenial sehingga bagaimana Ilmu Administrasi diharapkan mampu mendorong generasi Y dan generasi Z memiliki kompetensi dan kultur baru era digital.
FIA hadapi Revolusi Industri 4.0
Eko Prasojo menyampaikan FIA UI menyiapkan 5 fokus yakni kebijakan, tata kelola, kultur, inovasi dan institusi dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0 dalam seluruh program studi, termasuk kerjasama penelitian.
"Menyiapkan lulusan yang banyak berasal dari generasi milenial, University of Canberra melakukan pola kolaborasi antara dosen dan mahasiswa. Jadi tidak lagi dosen memberikan ilmu satu arah tetapi memberdayakan dan menginspirasi generasi milenial ini," kata Mark.
Eko Prasojo menambahkan kurikulum harus mampu mengadopsi dan beradaptasi dengan karakter generasi milenial yang merupakan 'digital native'. "Kemampuan mereka perlu diarahkan pemahaman, keterampilan dan keahlian digital governance, global governance dan service base society ," jelas Eko.
ia juga mengingatkan untuk tidak meninggalkan persiapan mental model dan etika agar para lulusan tidak kehilangan kompas moral saat mereka sudah terjun di tengah masyarakat.
Dalam kegiatan ICAS-PGS ini, FIA UI melakukan soft-launching program Double Master Degree in Public Administration berkolaborasi dengan University of Canberra.
Program ini didesain untuk mahasiswa yang berminat mengambil studi di Indonesia (1 tahun) dan Australia (1 tahun) sehingga mahasiwa akan mendapatkan 2 gelar setelah menyelesaikan program studi ini.
Pada hari kedua, FIA UI juga merilis "Collaborative Centre for Excellence in Transformative Leadership" bersama dengan University of Canberra dan Universitas Gajah Mada (UGM). Ke depannya lembaga ini akan menjadi pusat riset dan kajian-kajian di bidang kepemimpinan.
Mimi Silvia, Kepala Humas dan Protokoler FIA UI menyampaikan, "Konferensi yang diadakan pada 30-31 Oktober 2018 ini dibagi dalam 3 subtopik yang merepresentasikan departemen di bawah FIA UI yakni Ilmu Administrasi Negara, Ilmu Administrasi Niaga, dan Ilmu Administrasi Fiskal."
Kegiatan ini turut menghadirkan berbagai pembicara dari dalam dan luar negeri seperti dari University of Erfurt Jerman, University of Canberra Australia, University of the Philippines Filipina. Konferensi juga menghadirkan pembicara utama lain seperti Robert Pakpahan (Direktorat Jenferal Pajak, Kemenkeu), serta Prof. Wahyudi Kumorotomo (Universitas Gadjah Mada, Indonesia).
https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/01/11154501/tantangan-ilmu-administrasi-hadapi-era-global-dan-digital