Salin Artikel

Dua Jam Berpetualang ke Negeri Dongeng Bersama Rona Mentari

Halo semuanya, aku Flik si Tupai.

Aku senang sekali bermain dan mendengarkan cerita seru dari binatang lainnya.

Sayangnya kakak-kakaku tidak. Mereka sibuk mencari kenari untuk persiapan musim dingin

JAKARTA, KOMPAS.COM - Itulah tadi sepenggal dongeng yang diceritakan Kak Rona—panggilan karib Rona Mentari, seorang yang menamai dirinya juru dongeng keliling—pada salah satu konten Youtube Majalah Bobo.

Cara mendongeng Rona khas. Suaranya ia bikin berubah-ubah. Kadang ia buat seperti suara anak kecil, kali lain ia besarkan. Tak lupa ia tambah raut muka ekspresif.

Ternyata itu adalah cara, yang bagi Rona membuat dongeng seperti bernyawa. Hal itu ia sampaikan pada Kelas Mendongeng Jakarta yang diselenggarakan pada Kamis (1/11/2018) di Bentara Budaya Jakarta.

Banyak hal disampaikan oleh Rona pada kelas yang berdurasi kurang lebih dua jam tersebut. Ia kemas kelas dengan mengajak peserta berpetualang ke negeri dongeng ala perempuan asal Yogyakarta ini.

“Bagaimana cara memulainya? Mulailah dengan yang baik, lalu akhiri dengan indah,” ujarnya.

Untuk masuk ke dalam cerita pun, Rona mengajak peserta untuk kreatif. Utamanya, karena calon pendengar dongeng adalah anak-anak.

“Dongeng bisa dimulai dengan pertanyaan, tebak-tebakan, main sulap, dan banyak sekali permainan kreatif,” tambahnya.

Lalu, bagaimana menutup cerita? kata Rona, sebaiknya ditambahkan harapan.

Punya manfaat banyak

Sebelum memulai, Rona memberi pesan bahwa mendongeng punya banyak manfaat. Di antaranya ia kemukakan pada kesempatan tersebut.

Ia juga menceritakan kembali bagaimana sebuah dongeng bisa punya pengaruh besar pada kehidupan.

“Masih ingat dengan tsuami yang melanda Aceh 14 tahun silam? Sekitar 150 kilometer dari sana ada pulau yang namanya Simeulue. Wilayah itu ikut terkena tsunami, tapi tahukah Anda korbannya hanya tujuh jiwa sementara di Aceh sana, korban tercatat sampai ratusan ribu jiwa?” cerita Rona.

Usut punya usut, warga sana terselamatkan karena sebuah dongeng atau cerita rakyat turun-temurun “Smong” yang berlatar tentang kisah tsunami dan bagaimana cara menyelamatkan diri.

“Warga Simeulue pergi ke tempat yang lebih tinggi, yaitu gunung seperti kata cerita yang telah lama diceritakan ulang dari para orangtuanya,” imbuhnya.

Cerita rakyat itu kemudian mendapat pengakuan dan  penghargaan karena telah menyelamatkan nyawa.

Mendongeng tidak sulit

Berkali-kali, Rona mengatakan di depan seluruh peserta bahwa mendongeng tidaklah sulit. Akan tetapi perlu persiapan.

Hari itu Rona memberikan selembar kertas berisi cerita dongeng sederhana pada peserta. Kemudian, ia mengajak peserta untuk mulai berdongeng dengan versinya sendiri.

“Biasanya sebelum mendongeng, baca saja dulu cerita yang disuka. Baca berulang kali sebanyak-banyaknya. Setelah itu buatlah peta cerita,” kata dia.

“Ini dipakai untuk mengingat sekaligus menjadi batasan mana yang akan diceritakan dan mana yang tidak. Ini karena tak semua cerita yang kita baca bagus (dan baik) untuk diceritakan kembali pada anak-anak,” ujarnya lagi.

Pada kesempatan itu pula, Rona mengajak peserta terlibat untuk membuat dongeng. Di akhir acara, ia mengajak peserta membuat lingkaran besar.

Satu per satu peserta kemudian harus maju ke tengah lingkaran untuk melanjutkan dongeng berantai.

“Acaranya menyenangkan sekali. Dari acara ini saya tahu bahwa mendongeng bukan sekadar seni bercerita tapi ada teorinya,” ujar slaah satu peserta, Yolla Mahandani.

Yolla datang dari Bandung khusus untuk ikut kelas mendongeng dari Rona. Ibu dua anak ini mengaku, dengan mendongeng ia bisa mengedukasi anak-anaknya mengenai apapun secara tidak langsung.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/06/19164101/dua-jam-berpetualang-ke-negeri-dongeng-bersama-rona-mentari

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke