Tim Antihoax ini berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Bawang, Banjarnegara, Jawa Tengah.
Beredarnya pemberitaan tanpa adanya sumber yang jelas ini memang banyak dikonsumsi masyarakat, terutama penyebarannya yang masif di media sosial.
"Karena maraknya berita beredar yang kebenarannya sering kali meragukan dan rawan menjadi pemicu keresahan di masyarakat, dan bisa memecah belah persatuan bangsa," ujar Fauzan saat dihubungi Kompas.com pada Selasa (13/11/2018).
Oleh karena itu, menurut Fauzan, butuh sarana untuk mengonfirmasi atau mengklarifikasi kebenaran berita tersebut dari pihak-pihak yang terkait.
Kemudian, pada 2016 mereka berinisiatif membuat aplikasi Antihoax yang berguna untuk meminimalisasi penyebaran hoaks.
Awalnya, pembuatan aplikasi ini adalah tugas mata pelajaran Pemrograman Perangkat Bergerak yang selanjutnya dikembangkan dan didaftarkan pada suatu kompetisi.
"Aplikasi ini dibuat oleh siswa SMKN 1 Bawang, Banjarnegara di kompetisi Keahlian Rekayasa Perangkat Lunak," ujar Fauzan, yang juga guru dalam mata pelajaran tersebut.
Setelah setahun tahap pengembangan aplikasi Antihoax, tim beranggotakan tiga orang ini akhirnya merilis aplikasi itu pada April 2017.
"Bisa dipakai di ponsel Android, dan dibuka di browser pada laptop," ujar Fauzan.
Sementara, aplikasi Antihoax juga dibubuhkan beberapa fitur aplikasi, seperti Baca Berita Hoaks, Laporkan Berita Hoaks, Diskusi Berita, dan Penilaian Berita.
Pemakaian aplikasi
Fauzan juga mengungkapkan cara-cara pemakaian aplikasi Antihoax. Pertama, pengguna diminta mengirimkan link atau tautan berita yang diragukan kebenarannya.
Selanjutnya, tunggu konfirmasi dari admin, apakah admin menyetujui atau tidak.
Setelah muncul konfirmasi, admin akan meneruskan ke pihak yang terkait dengan pemberitaan hoaks tersebut. Lalu, menunggu klarifikasi dari pihak yang terkait.
Terakhir, pengguna lain juga bisa memberi penilaian positif atau negatif terhadap berita tersebut.
Fauzan mengatakan, aplikasi Antihoax ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut.
"Hingga saat ini belum diadakan penelitian lebih lanjut efektifitasnya karena siswa tersebut sudah lulus," ujar Fauzan.
Aplikasi Antihoax ini diharapkan bisa mendapat masukkan dan bimbingan dari pihak luar untuk ke arah lebih baik dari pengembang aplikasi di Indonesia.
"Kami dari SMKN 1 Bawang terbuka bagi industri IT di Indonesia yang ingin ikut terjun ke SMK untuk berbagi pengalaman dengan siswa-siswi kami, seperti Presiden Jokowi dalam instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK," ujar Fauzan.
Untuk informasi lebih lengkap bisa kunjungi laman http://antihoax.smkn1bawang.sch.id/
https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/13/16505681/sekolah-di-jateng-bikin-aplikasi-antihoax-untuk-ponsel-dan-laptop