KOMPAS.com - Sunyi. Hening. Pekerjaan konstruksi dihentikan. Tidak ada pesawat yang lepas landas. Bahkan bank-bank tutup pada hari paling penting tahun ini bagi siswa Korea Selatan.
The 'Suneung' atau College Scholastic Ability Tests (CSAT) berlangsung pada hari Kamis ketiga di bulan November, merupakan penentuan bagi para siswa Korea Selatan setelah 12 tahun mereka belajar.
Serentak melalui 1.190 situs tes hampir setengah juta siswa mengikuti ujian masuk universitas nasional.
Ujian menentukan
"Bagi kami, Suneung adalah pintu gerbang sangat penting untuk masa depan," kata Ko Eun-suh, siswa 18 tahun seperti dikutip dari BBC .
"Di Korea, pergi ke universitas sangat penting. Itulah mengapa kami menghabiskan 12 tahun untuk mempersiapkan hari ini. Saya tahu ada orang-orang yang telah mengikuti ujian ini hingga lima kali," tambahnya.
Bahkan menurut laporan Korea Herald ratusan perwira polisi dikirim ke luar kota untuk membantu siswa agar dapat tiba ujian tepat waktu.
Sementara para siswa mengikuti ujian, beberapa orang tua yang cemas pergi ke kuil-kuil Buddha atau gereja-gereja untuk berdoa bagi kesuksesan anak mereka. Para orangtua masih harus melewatkan beberapa minggu yang mencemaskan menunggu hasil diumumkan secara resmi secara online.
Tuntutan prestasi tinggi
Korea Selatan memiliki persentasi partisipasi pendidikan tinggi paling tinggi di dunia. Hampir 70% penduduk 25 hingga 34 tahun memiliki pendidikan tinggi tahun 2017, menurut OECD.
Fokus pada pendidikan telah mendorong ekonomi Korea Selatan dari salah satu negara termiskin di dunia tahun 1960 untuk menjadi eksportir terbesar kelima. Negara berteknologi tinggi ini juga merupakan ekonomi paling kompetitif ke - 15 di dunia , menurut World Economic Forum.
Kompetisi masuk ke universitas sangat intens di Korea Selatan. Tahun ini terdapat 595.924 siswa memperebutkan kursi universitas menurut data Departemen Pendidikan. Sebagai gamabaran, ada 3 universitas teratas yakni Seoul, Korea, dan Yonsei, yang dikenal sebagai "Institusi Sky" - namun hanya kurang dari 2% diterima masuk.
Para siswa sangat percaya prestasi akademik mereka akan mengantar mereka pada pekerjaan dengan bayaran yang lebih tinggi.
Obsesi pada pendidikan
Tidak mengherankan pendidikan menjadi obsesi bagi siswa dan juga orangtua di Korea Selatan. Keluarga berjuang untuk bersaing.
Mengajar anak-anak mempersiapkan ujian telah menjadi industri senilai 17,8 triliun won ($ 15,8 juta) berdasarkan laporan tahun 2017 dan ini terkait dengan hutang rumah tangga dan rendahnya tingkat kelahiran di negara tersebut.
Pada 2016, menurut survei Lembaga Perawatan dan Pendidikan Anak Korea hampir 83,6% anak usia lima tahun dan 35,5% anak usia dua tahun sudah didaftarakan pada lembaga pendidikan.
Rata-rata, anak-anak berusia 15 tahun yang mengikuti ujian PISA (Program untuk Pelajar Internasional) OECD mengambil kursus tambahan selama 6,4 tahun.
Menurut laporan PISA tiga tahunan OECD, lebih dari 20% anak usia 15 tahun di Korea pada tahun 2015 melaporkan bahwa mereka merasa tidak puas dalam hidup mereka. Berbeda dibandingkan dengan Belanda kurang dari 4% siswa merasa tidak puas pada hidup mereka.
Pada 2016, pemerintah Korea Selatan mengalokasikan 48,2 miliar won ($ 42,5 juta) untuk pencegahan bunuh diri dan proyek-proyek kesehatan mental. Tahun 2012 pemerintah mendirikan Pusat Penyembuhan Pemuda Nasional yang menawarkan program perawatan bagi mereka yang menderita kondisi depresi.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/18/08441191/ujian-hidup-mati-siswa-korea-selatan-dan-tuntutan-prestasi-tinggi