KOMPAS.com - Honeywell dan Universitas Gadjah Mada (UGM) meresmikan laboratorium teknologi simulasi canggih yang dilengkapi Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (WR) di Fakultas Teknik UGM (28/11/2018) di Yogyakarta.
Laboratorium ini diresmikan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir, Wakil Rektor UGM Prof. Djagal Wiseso Marseno dan Presiden Honeywell Indonesia, Roy Kosasih.
Hal ini menjadi terobosan pertama Honeywell secara internasional menghubungkan via teknologi awan tiga laboratorium di tiga perguruan tinggi unggul Indonesia setelah sebelumnya telah hadir di Universitas Indonesia (UI) dan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Pondasi dasar industri 4.0
Presiden Honeywell Indonesia dalam sambutan menyampaikan tujuan pendirian laboratorium ini agar ketiga universitas dapat berkolaborasi lebih erat dalam mengembangkan pengetahuan para insinyur masa depan Indonesia, khususnya di bidang teknologi Industri 4.0.
“Kami berharap agar fasilitas ini dapat membantu mahasiswa dan dosen untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mereka di bidang teknologi IIoT (Industrial Internet of Things) yang merupakan pondasi revolusi indistri 4.0,” ujar Roy Kosasih.
Ia tambahkan, “Honeywell berkomitmen mendukung pertumbuhan Indonesia dengan menghadirkan teknologi relevan agar Indonesia siap masuk di era industri 4.0 sejalan dengan apa yang dicanangkan Presiden Joko Widodo."
Laboratorium yang merupakan bagian program tanggung jawab sosial perusahaan ini memungkinkan mahasiswa dan dosen mensimulasikan beragam proses industri serta menciptakan sistem hingga perangkat lunak baru.
Laboratorium Honeywell-UGM ini dilengkapi perangkat lunak Experion PKS Orion serta perangkat AR/VR untuk mempelajari beragam aktivitas industri yang rumit seperti belajar mengoperasikan alat di area dengan situasi berisiko tinggi.
Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir menyampaikan apresiasi positif atas hadirnya laboratorium Honeywell-UGM ini. "Kita terbiasa melakukan pengembangan inovasi secara parsial di masing-masing universitas. Dengan kehadiran laboratorium yang terkoneksi antara UI, ITB dan UGM diharapkan akan tercipta sinergi dan kolaborasi."
Menristek mengingatkan agar universitas terus melakukan inovasi bila tidak ingin memasuki "death university era" seperti yang diramalkan Jack Ma. Inovasi hanya dapat dikembangkan melalui budaya riset dan riset hanya dapat berkembang bila kita memiliki sumber daya manusia yang baik, tegas Nasir.
"Tahun 2035 kita akan memperoleh apa yang disebut dengan Bonus Demografi. Namun jika kita tidak dapat memanfaatkan itu, bonus demografi itu justru dapat menjadi malapetaka," jelas Menristek sambil memaparkan keberhasilan Jepang dan China yang berhasil memanfaatkan bonus demografi dalam meningkatkan perekonomian.
Ia menyampaikan, "Pendidikan tinggi kini tidak bisa asik dengan dunia mereka sendiri. Pendidikan tinggi harus melakukan linkmatch dengan dunia industri dan meningkatkan riset global jika kita ingin mengalami loncatan pertumbuhan ekonomi."
Setidaknya, lanjut Mohamad Nasir, ada 10 bidang riset yang terus didukung guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional yaitu; pangan/pertanian, kesehatan, informasi dan teknologi, transpotasi, keahlian khusus, pertahanan, energi terbarukan, kelautan, mitigasi bencana dan sosial humaniora.
Wakil Rektor UGM Prof. Djagal Wiseso Marseno dalam sambutannya menekankan arti penting keterhubungan atau konektifitas sebagai kata kunci era industri 4.0
“Lab ini dibangun sebagai lab saling-terhubung dengan Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Diharapkan dari kelompok ini akan muncul inovasi industri 4.0 yang membumi sesuai dengan sifat bangsa Indonesia yang mengutamakan kemanfaatan dan kesejahteraan umum diatas sekedar capaian angka efisiensi dan produktifitas.”
Pada bulan April 2018, Presiden Joko Widodo meluncurkan sebuah roadmap berjudul “Making Indonesia 4.0”. Hal itu terkait konsep revolusi ke empat di bidang industri, di mana sektor manufaktur di Indonesia perlu diperkuat kembali untuk menyerap banyak tenaga kerja muda dan juga pentingnya meningkatkan kurikulum pendidikan yang lebih sesuai dengan era industri 4.0.
Dengan terhubungnya ketiga lab melalui komputasi awan, memungkinkan UI, ITB dan UGM berkolaborasi online, berbagi informasi dan data, serta saling menggunakan fasilitas dan keunikan teknologi dari masing-masing laboratorium.
Anton Susanto, Corporate Communication Honeywell Indonesia kepada Kompas.com menyampaikan di masa mendatang koneksi ini tidak terbatas hanya pada 3 universitas saja. Terbuka peluang untuk menghubungkan "laboratorium awan" ini dengan universitas internasional lain.
"Saat ini Honeywell Indonesia juga sedang menjalankan strategi program dalam memberikan inspirasi kepada para siswa mulai dari tingkat SD hingga SMA agar mereka semakin tertarik pada bidang STEM (Science, Technology, Engineering and Math)," tambah Anton.
Nantinya, tambah Anton, program ini juga akan terhubung dengan ketiga universitas yang menjadi mitra Honeywell Indonesia. "Dengan strategi program berkelanjutan ini, diharapkan kita bisa melahirkan lebih banyak lagi tenaga ahli bidang teknik dan teknologi yang dapat mewujudkan tujuan Indonesia 4.0," tutupnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/11/28/22261171/bergandeng-tangan-di-laboratorium-awan-wujudkan-indonesia-40