KOMPAS.com - Revolusi teknologi yang terjadi saat ini menyebabkan perubahan gaya hidup masyarakat, sehingga lahir gaya hidup lebih modern, digital dan instan.
Merebaknya gaya hidup serba digital baik di kalangan masyarakat urban maupun sub-urban ini, mendorong pertumbuhan bisnis dengan model start up berbasis inovasi teknologi termasuk teknologi digital.
Pertumbuhan industri start up ini pun direspon positif masyarakat dan berhasil menciptakan potensi pasar besar bagi perekonomian di Indonesia.
Dukungan dari pemerintah untuk mengembangkan start up berbasis teknologi digital pun terus hadir, salah satunya melalui "Gerakan 1.000 Start Up Digital" dari Kemenkominfo.
Melalui gerakan tersebut, Indonesia diharapkan dapat menjadi negara terbesar di ASEAN dalam bidang digital ekonomi tahun 2020.
Peluang generasi muda
Jusuf Wanandi, Wakil Ketua Pembina Yayasan Prasetiya Mulya (Prasmul) kepada Kompas.com melalui rilis menjelaskan, pesatnya perkembangan teknologi digital memberikan peluang besar bagi Indonesia bergegas menjadi negara maju.
Dalam hal ini, generasi muda memegang peranan penting, karena merekalah yang kelak akan menjadi pilar bangsa di masa depan.
“Pengusaha muda bertalenta, kreatif dan inovatif akan diuntungkan dengan hadirnya gelombang revolusi industri keempat ini, karena gaya hidup yang serba digital, sangat dekat dengan generasi muda saat ini," jelas Jusuf Wanandi.
Hal ini tentunya memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka untuk meraih kesuksesan di era kehidupan 3.0, revolusi quantum 2.0 dan industri 4.0, tambahnya.
Bonus demografi
Terlebih, berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi tahun 2020an hingga 2030an.
Ini berarti jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) akan lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun).
Fenomena bonus demografi ini memberikan peluang yang positif bagi kemajuan perekonomian Indonesia dan membuat Indonesia selangkah lebih dekat untuk menjadi negara maju.
Prof. Djisman Simandjuntak, Rektor Universitas Prasmul menjelaskan, Prasetiya Mulya memahami pentingnya peran institusi pendidikan pada umumnya dan pendidikan tinggi khususnya dalam mewujudkan Indonesia sebagai negara maju.
Kolaborasi bisnis dan sains
Upaya Prasetiya Mulya dalam menjawab tantangan di era disrupsi ini salah satunya dengan mengedepankan kolaborasi antara bisnis, sains dan kewirausahaan.
"Oleh karena itulah dibentuk School of Applied STEM yang memberikan beragam pilihan bagi peserta didik mengembangkan minat mereka dalam bidang teknologi dan bisnis," ujar Prof. Djisman.
Ia menjelaskan, melalui kolaborasi ini Prasmul memasuki suatu era baru dan era ini sangatlah penting, karena kalau kita terus mempertahankan model yang tidak berbasis pada sains dan teknologi, upaya kita mengejar kecepatan lepas (escape velocity) akan terundur lagi.
"Dengan adanya kolaborasi tersebut, suatu bisnis akan menjadi semakin kompleks, berkelanjutan dan inklusif. Kita harus terus bergegas hingga tiba ke status sebagai negara maju,” kata Prof. Djisman.
Program inkubator start-up
Prof. Djisman menambahkan, selain itu Prasmul juga menghadirkan program MM NVI (New Ventures Innovation) untuk mendidik dan melatih orang-orang yang ingin memiliki kemampuan membangun dan mengembangkan bisnis start up.
Program ini merupakan pondasi membentuk pola pikir terstruktur yang dibutuhkan, khususnya untuk mengambil keputusan strategis cepat dan inovatif dalam bisnis start up, sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.
“Hadirnya start up perlu membawa dampak positif bagi masyarakat dengan memberikan solusi bagi berbagai permasalahan yang ada. Contohnya, seperti start up Crowde yang dirintis oleh salah satu alumni kami. Crowde memiliki misi untuk membantu pemodalan petani sehingga tidak hanya memberi opsi lain bagi masyarakat untuk berinvestasi tetapi di sisi lain juga membantu pengembangan ekonomi di berbagai daerah” tutup Prof. Djisman.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/12/04/08073661/rektor-prasmul-kolaborasi-bisnis-dan-sains-jadi-kunci-indonesia-40