KOMPAS.com - Ikatan Alumni Studeren in Nederland (I Am StuNed) menyatakan dukungan terhadap rencana memasukan pendidikan karakter anti korupsi dalam kurikulum setiap jenjang pendidikan.
"Kurikulum kreatif dan inovatif tentang anti korupsi akan memberikan masa depan lebih baik bagi generasi penerus bangsa,” ujar Immanuel dalam audiensi I Am StuNed dengan KPK bertajuk "Alumni Stuned Goes to KPK", Kamis, 13 Desember 2018, di Gedung Merah Putih Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Deklarasi disampaikan kepada Giri Suprapdiono, Direktur Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK.
Di hadapan 40 orang perwakilan alumni Stuned, Giri Suprapdiono menjelaskan arti penting KPK bagi masa depan Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berfokus pada pemberantasan korupsi.
"Sejak didirikan pada 2002, KPK berhasil menaikkan indeks persepsi korupsi Indonesia sampai 20 poin dimana angka kenaikan tersebut adalah yang tertinggi dibanding dengan kinerja lembaga anti korupsi di negara-negara lain," ujar Giri.
Pada kesempatan itu, ia juga mengingatkan bahwa trend pelaku korupsi sekarang telah bergeser ke pelaku muda usia.
Oleh karena itu keterlibatan setiap warga negara dalam lingkup keluarga, komunitas, bisnis dan usaha menjadi penting dalam menyebarluaskan pemahaman dan semangat anti korupsi di Indonesia.
Melihat hal tersebut, kepada Kompas.com Immanuel menyampaikan, "Korupsi di Indonesia tidak mengenal strata pendidikan, sekolah tinggi tetap saja korupsi. Tidak mengenal tingkat pendapatan, pendapatan sudah tinggi juga tetap korupsi."
Sehingga, lanjutnya, jika nilai karakter diberikan berkesinambungan dengan kurikulum yang menarik sejak pendidikan dasar, menengah hingga atas maka seharusnya kita bisa mengharapkan internalisasi nilai-nilai tersebut pada generasi akan datang.
"Dan yang lebih penting adalah bagaimana mendorong anak-anak tersebut untuk speak up dan bergerak bersama. Banyak yang terjadi sekarang adalah kita mendiamkan karena takut kalau sendirian. Sepertinya kita sudah harus bergerak aktif, lebih dari 'yang penting saya ga ikut-ikut," ujar Immanuel.
Kontribusi alumni Belanda
Dalam kesempatan sama, Azis Nurwahyudi, Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri sebagai penasehat I Am StuNed menyampaikan para alumni Belanda merupakan diplomat sesungguhnya bagi hubungan Indonesia-Belanda yang pada tahun 2019 memasuki peringatan ke-70.
Azis mengajak alumni memberikan sumbangsih nyata bagi hubungan kedua negara melalui karya nyata di bidang keahlian masing-masing.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Indy Hardono dan Monique Soesman selaku Scholarship Coordinator Nuffic Neso dan perwakilan dari penerima beasiswa pemerintah Australia.
Beranggotakan lebih dari 4.500 alumni, Ikatan Alumni Studeren in Nederland bertekad berpartisipasi aktif berbicara lantang menentang korupsi dan mempraktikkan gerakan anti korupsi dengan mengedepankan transparansi, integritas, dan akuntabilitas.
"Hal ini akan kami mulai dari pengelolaan ikatan alumni yang transparan dan akuntabel. Kemudian kami juga telah meminta Nuffic Neso untuk makin mengedepankan penilaian karakter dan integritas dalam pemilihan penerima beasiswa di tahun akan datang," jelas Immanuel terkait kontribusi alumni dalam pemberantasan budaya korupsi.
Ia menambahkan, demikian pula dalam masa pra-keberangkatan dan pasca-kepulangan studi, alumni Stuned bekerjasama Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat KPK bersedia menyelenggarakan rangkaian kegiatan anti korupsi.
"Sehingga setidaknya jangan pernah ada Alumni Stuned terjerat kasus korupsi. I Am Stuned juga akan bersinergi dengan asosiasi alumni lain untuk bergerak bersama-sama untuk melawan korupsi ini. Kemarin sudah ada pembicaraan awal dengan Asosiasi alumni Australia Awards (AAS)," tutup Immanuel.
https://edukasi.kompas.com/read/2018/12/14/20004741/lewat-pendidikan-alumni-stuned-dan-kpk-melawan-korupsi