Salin Artikel

Museum Jadi Media Pendidikan Karakter

KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Museum Islam Indonesia Hasyim Asyari berlokasi di Pondok Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, Selasa (18/12/2018).

Museum ini diharapkan menjadi tempat rujukan informasi mengenai perkembangan Islam di Indonesia sekaligus menjadi media pendidikan karakter.

"Kita diingatkan bahwa Islam masuk ke Nusantara dengan proses yang sangat damai. Islam berkembang di Indonesia dengan dialog, dengan menggunakan media budaya lokal, seperti syair, wayang, gurindam, kasidah, dan lainnya," ujar Presiden dalam sambutan.

Tidak hanya memamerkan koleksi

Presiden mengingatkan bahwa aset terbesar bangsa Indonesia adalah persatuan, persaudaraan, dan kerukunan antarumat, antarsuku, dan antarkelompok masyarakat. "Maka, marilah kita jaga ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniah," pesan Presiden.

Dilansir dari Biro Humas Kemendikbud, Museum Islam Indonesia yang mulai dibangun 2014 ini tidak hanya memamerkan koleksi berupa artefak, manuskrip, dan arsip sejarah persebaran Islam di Indonesia, tetapi juga diharapkan menjadi ruang publik untuk berdialog, dan merawat kebhinnekaan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa Museum Islam Indonesia tidak hanya memamerkan koleksi berupa artefak dan peninggalan sejarah Islam di Indonesia saja. Namun, juga menjadi pusat ilmu dan tempat belajar masyarakat, khususnya generasi muda.

Menurut Muhadjir, tradisi pendidikan karakter di pesantren yang sangat khas akan memberi corak tersendiri dalam pengembangan museum.

Bekerjasama dengan pondok pesantren

Ia berharap semakin banyak masyarakat dapat memahami pesan dan meneladani nilai-nilai luhur yang tersembunyi di balik koleksi museum. "Yang penting itu adalah apa yang ada di balik artefak-artefak itu," ujarnya.

Mendikbud menegaskan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkomitmen penuh untuk pengembangan koleksi dan tata kelola museum bertemakan sejarah Islam terbesar di Indonesia saat ini.

Menurut Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Hilmar Farid, penambahan dan sirkulasi koleksi akan dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai museum, dan lembaga seperti pondok-pondok pesantren di seluruh Indonesia.

"Kita berharap museum ini menjadi tempat yang utama dalam mempelajari sejarah Islam di Indonesia," kata Dirjen Kebudayaan.

Pusat referensi Islam tanah air

Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Museum (PCBM), Fitra Arda, mengatakan bahwa cagar budaya dan museum dapat menjadi kekuatan suatu sekolah dalam zona tertentu. Sekolah dapat menjadikan aset-aset budaya sebagai sumber belajar.

"Guru bisa mengajarkan banyak hal dari aset-aset budaya itu. Nilai-nilai seperti toleransi dan kebersamaan. Bukti fisik di museum dan cagar budaya dapat menjadi contoh kebinekaan kita di masa lalu," kata Fitra.

Salahudin Wahid (Gus Solah), pimpinan pesantren Tebuireng Jombang, menyampaikan pentingnya Museum Islam Indonesia sebagai tempat mencari referensi tentang Islam di tanah air. Dan bahwa umat Islam di Indonesia menerima Pancasila sebagai dasar negara.

"Sekarang kita harus memberikan informasi pada masyarakat, supaya masyarakat paham bahwa negara kita perpaduan keindonesiaan dan keislaman sebagai bentuk dalam budaya, dalam hukum. Banyak sekali hukum kita (Islam) yang masuk undang-undang kita," tutur Gus Solah.

Penghormatan ulama pejuang kemerdekaan

Sebelumnya, cucu pendiri Nahdatul Ulama ini melaporkan bahwa museum yang berdiri di atas lahan seluas 4,9 hektare tersebut dibangun dengan menggunakan anggaran pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai bentuk penghormatan kepada ulama yang berjasa bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Museum Islam Indonesia menawarkan koleksi dari berbagai wilayah di Indonesia. Dengan proses penyiapan selama lebih dari tiga tahun, museum ini menargetkan audiens yang beragam. Selain visual, museum akan menawarkan bebunyian, bahkan aroma. Secara umum, alur kisah museum yang terletak di pesantren Tebuireng ini terbagi menjadi tiga.

"Yang pertama, jaringan Islam Nusantara. Yang kedua, bagaimana Islam di Indonesia berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain. Dan yang terakhir di lantai atas, perkembangan Islam di era kontemporer," jelas Bondan.

Di awal peluncurannya, Museum Islam Indonesia didukung oleh Museum Nasional, Perpustakaan Nasional, Museum Sono Budoyo, Museum Bait Quran, Museum Tekstil, dan Museum Balaputradewa, serta Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Museum dan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto.

https://edukasi.kompas.com/read/2018/12/20/11032141/museum-jadi-media-pendidikan-karakter

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke