KOMPAS.com - Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir mendorong sejak berkuliah mahasiswa harus banyak melihat inovasi di negara lain agar dapat memproduksi produk yang lebih baik di dalam negeri.
Hal ini disampaikan Menristekdikti saat memberi kuliah umum di hadapan mahasiswa Bidikmisi Universitas Tanjungpura (Untan), Jumat (18/1/2019) di Gedung Konferensi Untan, Pontianak.
Nasir menjelaskan ada dua cara pandang pengembangan inovasi yaitu "global to local" dan "local to global".
Hal ini bertujuan untuk membuka berbagai peluang global termasuk mempelajari inovasi dari luar negeri demi membuka usaha berfokus ekspor.
Inovasi lewat teknologi informasi
“Untuk membangun (produk) dalam negeri, kita perlu melihat ilmu pengetahuan yang berkembang di dunia. Kalau kita dalam ilmu pengetahuan selalu berpikir global to local,” ungkap Menristekdikti dikutip dari laman resmi Kemenristekdikti.
Nasir menjelaskan cara pandang global to local hanya berlaku dalam belajar dari negara lain, namun tidak untuk berbisnis.
“Kalau kita membangun industri Indonesia, harus (berpikiran) local to global. Jangan kita global to local, kita impor terus. Tapi kalau kita local to global, bagaimana kita ekspor produk,” ungkap Nasir.
Nasir meyakini mahasiswa sekarang dapat mempelajari produk inovatif dari luar negeri dengan teknologi informasi sehingga mereka tidak bisa hanya melihat peluang dan inovasi di kota atau perguruan tingginya sendiri.
“Anda tidak hanya akan di Pontianak saja. Jangan berpikiran aku hidup mati harus di Pontianak, jangan. Anda akan jadi orang global. Sekarang Anda sudah pakai handphone semua. Komunikasi Anda sudah global,” ungkap Nasir di hadapan sekitar 150 mahasiswa Untan.
Berani ambil resiko
Nasir mendorong mahasiswa yang ada di Untan untuk melanjutkan berkuliah ke luar negeri agar dapat menerapkan inovasi yang sudah dipelajari dari negara lain tersebut.
“Harapannya lulusannya nanti bukan orang yang mencari pekerjaan ke Indonesia nanti, dia yang akan menciptakan lapangan kerja,” harap Nasir.
Menristekdikti melihat mahasiswa Indonesia yang sudah berkuliah di negara lain lebih berani menerapkan inovasi.
“Karena anak-anak seperti ini, rata-rata mereka seorang risk taker, seorang berani mengambil risiko, seorang challenger, mudah-mudahan Anda jadi orang seperti itu,” papar Nasir.
Kuliah umum ini dihadiri oleh Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ismunandar dan Rektor Universitas Tanjungpura (Untan) Thamrin Usman beserta jajaran pimpinan Untan.
Setelah kuliah umum, Menristekdikti memberikan hadiah laptop untuk 4 mahasiswa dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) tertinggi dari rumpun eksakta dan rumpun sosial humaniora, serta kepada seorang mahasiswa yang berasal dari kota terjauh dari Pontianak.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/01/19/21185581/menristekdikti-mahasiswa-harus-berpikiran-global