Salin Artikel

Gerakan "1 Juta Boneka", Penguatan Psikologi bagi Anak Terdampak Gempa

KOMPAS.com - Bertempat di SDN Kadumerak 01 Pandeglang, Klinik Digital Vokasi Komunikasi Universitas Indonesia (Vokom UI) bekerjasama dengan lebih dari 15 organisasi masyarakat menyerahkan sumbangan boneka dan mainan anak kepada anak korban bencana di Banten serta 50-an Paud dan TK se-Banten (10/2/2019).

Vokom UI menggandeng 15 organisasi lain dalam kegiatan ini di antaranya; Koalisi Anak Madani Indonesia (KAMI), Jefri Nichol Fans Club, LPAI, Sahabat Yatim Indonesia, Kementerian Sosial, Saya Sahabat Anak, SMA 35 Jakarta, Alumni SMA 35 Jakarta, dan lainnya.

"Luar biasa dan saya 1.000 persen mensupport donasi boneka atau mainan baru ini. Tidak sedikit boneka kesayangan dengan sejuta cinta direlakan dan diikhlaskan untuk saudara yang mengalami bencana," papar Kak Seto, tokoh perlindungan anak dan pengagas gerakan #SayaSahabatAnak.

Gerakan "1 Juta Boneka"

Gerakan 1 juta boneka ini dimaksudkan untuk memastikan anak-anak korban bencana mendapatkan perhatian terkait penguatan psikologi mereka dalam menghadapi kehidupan pascabencana.

Bantuan pertama ditujukan bagi anak-anak korban Tsunami di Selat Sunda. Kegiatan pengumpulan boneka dan mainan ini telah berlangsung selama 3 bulan. Secara simbolik penyerahan dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mendikbud Muhadjir Effendy, Kak Seto dan Jefry Nichol.

Boneka sejak 1000 tahun sebelum masehi memang sudah dikenal sebagai teman bermain tertua bagi anak. Boneka dianggap mampu menjadi cermin dari sang anak dan mampu membantu anak untuk dapa memahami diri dan lingkungan.

Dalam sebuah studi di Amerika Serikat, ketika beberapa anak merawat boneka yang dianggapnya sebagai teman dan perlu diperhatikan, maka perilaku tersebut telah membantu anak untuk mengalihkan kesedihan dan trauma dialami kepada boneka dengan metoda merawat boneka miliknya.

"Aktivitas anak bersama boneka tersebut terbukti mampu mengurangi tingkat stress yang dirasakan anak seperti ketakutan akan kehilangan keluarga, agresi, ketegangan, mimpi menakutkan dan gangguan tidur," ujar Devie Rahmawati, pendiri Klinik Digital Vokom UI.

Dalam riset berbeda, mainan seperti boneka terbukti membantu anak menghapus trauma yang dirasakan anak.

Mengingat anak-anak sangat sensitif secara indrawi. Boneka dan mainan yang dapat secara langsung disentuh, diraba dan direngkuh anak akan membantu anak melepaskan trauma.

Beberapa mainan dengan bahan lembut banyak yang didesain untuk membantu anak membangun kisah mereka sendiri, sebagai cara mereka memiliki kisah pengingat kebaikan dan hal positif untuk melupakan segala kepenatan hidup, tambah Devie Rahmawati.

Karakter mainan juga dianggap memiliki banyak fungsi selain menjadi alat rekreasi sekaligus berfungsi sebagai alat edukasi dan juga terapi.

Gerakan masif dan berkelanjutan

"Kami sangat mengharapkan masyarakat dari seluruh kalangan dapat terus berpartisipasi, ujar Devie Rahmawati.

Ia berharap, kolaborasi dengan berbagai organisasi kemasyarakatan yang peduli anak Indonesia ini dapat menjadi langkah awal dari gerakan masif untuk terus menggalang bantuan boneka.

"Semoga gerakan ini tidak hanya berhenti pada korban Selat Sunda. Gerakan ini akan terus digaungkan ke seluruh Indonesia, dimana posko pengumpulan akan tersebar di berbagai provinsi. Diharapkan, logistik bantuan boneka dan mainan anak ini siap disebarkan kapanpun dan dimanapun," tutupnya.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/02/12/21114711/gerakan-1-juta-boneka-penguatan-psikologi-bagi-anak-terdampak-gempa

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke