KOMPAS.com — Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir memberikan apresiasi positif atas pendekatan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius kepada para terduga dan narapidana teroris.
Salah satunya melalui pembangunan masjid dan fasilitas belajar di Pondok Pesantren Al-Hidayah, Deli Serdang, Sumatera Utara, yang diasuh mantan narapidana teroris Khairul Ghazali serta mengajak 100 mantan narapidana teroris untuk meminta maaf kepada korban dari tindakan mereka di masa lalu.
“Selamat (atas) keberhasilan beliau memimpin BNPT selama ini dan mereka saya rasa dengan pendekatan memimpin dengan hati. Saya katakan leadership style, gaya kepemimpinan seseorang (seperti ini) bagus sekali," ungkap Menristekdikti saat menghadiri launching dan bedah buku Memimpin dengan Hati Catatan Suhardi Alius, Kamis (14/2/2019) di Auditorium Lemhanas, Lembaga Ketahanan Nasional, Jakarta.
Beasiswa anak korban terorisme
Artinya, pendekatan secara personal, persuasif ini akan lebih baik, kata Mohamad Nasir. Dilansir dari rilis media Kemenristekdikti, Menristekdikti menyatakan, salah satu faktor tumbuhnya terorisme didorong kesenjangan ekonomi dan akses pendidikan yang tidak merata.
Kemenristekdikti akan mendorong pemuda yang berada dalam situasi rentan untuk mendapatkan beasiswa. Putra-putri korban aksi terorisme juga akan mendapatkan beasiswa dari Kemenristekdikti.
“Salah satu penyebabnya adalah injustice, inequality, inclusion, yaitu ketidakadilan dalam pendidikan. Maka, kami berikan beasiswa supaya mereka bisa menikmati anggaran negara yang ada. Beasiswa kami berikan kalau dia masuk ke kampus. Akan saya coba lakukan di tempat Ali Imron tadi. Kepada anak korban teroris, saya akan berikan beasiswa,” ungkap Nasir.
Kampus bukan tempat radikalisme
Nasir menyatakan, Kemenristekdikti memerlukan koordinasi dengan BNPT dalam upaya menciptakan iklim perguruan tinggi yang kondusif bagi peningkatan daya saing bangsa Indonesia.
“Kampus (harusnya menjadi) pencipta kemajuan bangsa Indonesia. Kampus harus digunakan sebagai tempat untuk bisa meningkatkan daya saing bangsa, bukan kampus sebagai tempat untuk radikalisme, tapi tempat untuk menjunjung tinggi (aktivitas) akademik menuju daya saing bangsa,” ungkap Menristekdikti.
Nasir menyatakan tugasnya sebagai Menteri sangat terbantu dengan BNPT, terutama dalam beramal pada tataran bernegara sekaligus mendorong perguruan tinggi terus berkembang.
“Inilah yang namanya (upaya) hubbul wathan minal iman, mencintai negara menjadi bagian dari iman. Terima kasih melalui BNPT, ini berjalan dengan baik. Di satu sisi saya mendorong bagaimana perguruan tinggi di Indonesia menjadi kelas dunia, apalagi menghadapi era disruptif innovation, menghadapi revolusi 4.0,” ungkap Nasir.
Peluncuran buku ke-4 Ketua BNPT
Kepala BNPT Suhardi meluncurkan empat buku. Buku pertama berjudul Catatan Suhardi Alius Memimpin dengan Hati: Pengalaman sebagai Kepala BNPT. Buku kedua berjudul Catatan Suhardi Alius Pemahaman Membawa Bencana: Bunga Rampai Penanggulangan Terorisme.
Buku ketiganya berjudul Catatan Suhardi Alius Menjalin Sinergi: 14 Bulan sebagai Kabareskrim Polri. Buku keempat berjudul Catatan Suhardi Alius Resonansi Kebangsaan: Membangkitkan Nasionalisme dan Keteladanan.
Peluncuran buku ini dihadiri juga Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Moermahadi Soerja, mantan narapidana teroris Ali Imron, ulama Indonesia Ahmad Syafi'i Maarif (Buya Syafi'i), dan tamu undangan lain.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/02/16/11122121/kampus-tempat-pemajuan-bangsa-bukan-tempat-radikalisme