Seperti diketahui, PBSB telah ada sejak 2015. Namun, universitas yang bekerja sama dengan Kemenag saat itu belum sebanyak seperti saat ini.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kamaruddin Amin menyampaikan, selama ini minat masyarakat untuk memilih beasiswa ke perguruan tinggi berbahasa Arab seperti Mesir, Saudi Arabia, Maroko, dan Yordania masih kurang.
"Oleh karenanya kita akan coba kembangkan PBSB ini bagi santri pondok pesantren. Saya rasa akan banyak peminatnya," kata Kamaruddin dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (6/3/2019).
Ke depan, harap Kamaruddin, program beasiswa sarjana (S1) ini dapat menjadi pemantik untuk jenjang S2 dan S3.
"Kalau beasiswa ini terealisasi, maka problem kelangkaan mahasantri kita di perguruan tinggi berbahasa Arab akan teratasi," ujar dia.
"PBSB ini sangat relevan dengan keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat peradaban dunia Islam, juga sebagai destinasi studi Islam dunia," kata Kamaruddin.
Kebijakan Baru
Informasi di situs resmi Kemenag, terdapat kebijakan baru pada program beasiswa ini, yaitu santri alumni Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dapat turut mendaftar. Namun, hal ini tidak berlaku untuk semua siswa MAN.
Hanya santri alumni MAN yang menjadi bagian dari pondok pesantren, serta siswa tersebut menjadi santri yang mukim di pesantren itu.
Terdapat enam kategori santri yang dapat mengikuti PBSB 2019:
Pada 2018, sebanyak 12.386 santri merebutkan 290 kuota yang tersedia. Sementara, informasi sebelumnya menyebutkan PBSB 2019 akan membuka sebanyak 390 kuota.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/03/06/17530441/beasiswa-santri-ke-universitas-al-azhar-mesir-ini-6-kategori-peserta