KOMPAS.com – Suasana kantor Kementerian Ketenagakerjaan hari itu, Jumat (1/4/2019) tak seperti biasanya. Kondisinya ramai, meriah, karena ada perayaan Hari Sarung Nasional dengan tema “Sarung is My Denim”.
Apa yang membuat beda? Hari itu, Menteri Tenaga Kerja M Hanif Dhakiri bersama pejabat eselon I, II, dan III Kemnaker secara bergiliran berlenggak-lenggok di halaman kantor dengan mengenakan kain sarung atau kain khas Nusantara di atas karpet merah yang digelar.
Disaksikan ratusan pegawai Kemnaker yang juga mengenakan kain sarung dan berdiri di sisi karpet merah, Hanif Dhakiri, Sekjen Khairul Anwar, Dirjen PHI Jamsos Haiyani Rumondang, Dirjen Pengawasan K3 Sugeng Priyanto, Dirjen Binalattas Bambang Satrio Lelono bergiliran jalan di atas catwalk bak peragawan dan perahawati.
“Kami ingin mempopulerkan kain sarung sebagai salah satu busana nasional Indonesia. Semakin populer dan dikenal (maka) sarung akan diminati oleh generasi milenial. Kalau sudah begitu, aka nada dampak ekonomi,” ujar Menteri Hanif dalam sambutannya seperti dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (8/3/2019).
Menurut Hanif, dampak ekonomi nyata salah satunya adalah tersedianya banyak lapangan kerja.
"Hari ini kami sarungan bersama sesuai tema ‘Sarung is My New Denim’. Selama ini Denim identik dengan jeans. Hari ini kami pakai kebiasaan itu dengan mengganti sarung dan kain nusantara sebagai bahannya. Ini jadi potensi ekonomi dan budaya, " ujarnya.
Hanif menambahkan sejarah sarung sangat panjang. Tapi sekilas, sarung sejak dulu digunakan oleh kaum nasionalis dan santri. Lambat-laun, sarung kemudian dikenal sebagai pakaian di kalangan santri saja. Bahkan belakangan sarung dianggap kampungan atau “Ndeso”.
Oleh karena itu, dalam kesempatan tersebut Hanif juga mengajak pegawai Kemnaker untuk mengenakan sarung setiap hari Jumat.
"Monggo di Kemnaker, tiap hari Jumat pakai sarung. Saya tidak akan mewajibkan untuk bersarung tapi kalau (ada yang) hari Jumat pakai sarung, kami kasih jempol," kata Hanif.
Bersamaan dengan itu, Hanif menjelaskan sarung bisa digunakan untuk berbagai macam jenis aktivitas. Misalnya untuk ibadah sholat dan aktivitas lain.
"Intinya, kami ingin sarung kembali populer menjadi budaya nasional dan membantu penciptaan lapangan kerja di bidang produksi sarung. Mari kita harus bangga dengan jati diri Indonesia," katanya.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/03/09/07010051/membuat-sarung-populer-lewat-gelaran-fashion-show-