Salin Artikel

Kompetensi dan "Entrepreneurship" Kunci UMB Masuki Era Industri 4.0

 

Acara ini menghadirkan beberapa pembicara utama yakni; Prof Mudrik Alaydrus (Direktur Program Pascasarjana UMB), Rina Astini (Wakil Direktur Program Pascasarjana UMB), Ardhariksa (Alumni UMB, Chairman PT Azzukhruf Intermedia Sibercom), dan Joko Supono (Alumni UMB, Presdir PT Amanah Prima Indonesia).

Acara yang bertujuan mendukung peta jalan (roadmap) "Making Indonesia 4.0" ini dihadiri tidak kurang dari 425 peserta perwakilan dunia industri, BUMN, universitas, mahasiswa, praktisi, dan guru SMA/SMK.

Terobosan start-up kampus

Dalam paparannya, Prof Mudrik Alaydrus menyampaikan Revolusi Industri 4.0 merupakan hal yang kini tidak lagi dapat dihindari dan pendidikan tinggi perlu berdaptasi dalam mempersiapkan lulusannya agar siap menghadapi tantangan ini.

"Era revolusi industri yang ditandai dengan IoT (Internet of Things), virtual reality, big data, dan cloud computing mendorong terciptanya proses otomatisasi robotik dalam dunia industri. Pendidikan tinggi harus mampu melahirkan lulusan dengan kompetensi yang tidak dapat digantikan oleh robot," tegasnya.

Sementara Ardhariksa melihat start-up menjadi sebuah terobosan dalam menjawab tantangan memasuki era revolusi industri 4.0. "Start-up tidak dapat digantikan oleh otomatisasi atau robotik karena berbasis pada problem solver yang lahir di tengah kebutuhan masyarakat," ujarnya.

Karenanya, ia mengimbau para mahasiswa yang hadir untuk berani melakukan terobosan melahirkan start-up sejak di kampus berangkat dari kebutuhan dan permasalahan yang ada di tengah masyarakat. 

Sementara dalam kesempatan yang sama, Wakil Rektor UMB Hadri Mulya kepada Kompas.com menyampaikan UMB telah mempersiapkan mahasiswanya agar siap dalam menghadapi tantangan era revolusi industri 4.0.

"Beberapa program telah kami jalankan antara lain melalui Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) atau e-learning. Tidak hanya itu, UMB juga mengejar akreditasi internasional yang akan diterima bulan April 2019 nanti agar para lulusan UMB mampu bersaing secara global," jelas Hadri.

Ia menambahkan, "Di era disrupsi ini mahasiswa harus mampu membaca peluang dan memanfaat teknologi. Nilai-nilai kultur, etika, kreatifitas, kemampuan berpikir kristis dan kolaborasi yang tidak bisa digantikan teknologi juga menjadi penekanan basis strategi kita di sini (UMB)."

Lebih jauh Hadri mengatakan basis ekonomi di industri maka pihak pendidikan tinggi harus berani membuka diri untuk menyerap kebutuhan dan pengetahuan industri. "Kerjasama dengan industri mutlak dilakukan agar lulusan memiliki kompetensi yang benar-benar dibutuhkan industri."

Harmonisasi dunia industri

Hal senada disampaikan Direktur Pemasaran UMB Irmulan Sati, "Salah satu tujuan diadakan acara hari ini adalah sebagai salah satu upaya dalam melakukan link and match antara pendidikan tinggi dan dunia industri."

Sati menjelaskan, "Menyiasati gap antara universitas dan industri selain melalui acara meet up ini juga dilakukan UMB melalui program sertifikasi kompetensi atau profesi bagi para lulusan. Selain itu disiapkan program kewirausahaan sebagai upaya mendorong para lulusan mampu mandiri menciptakan lapangan pekerjaan baru."

Sebelumnya, Rektor UMB Prof Ngadino Surip mendorong pendidikan tinggi melakukan kolaborasi dengan dunia industri.

"Era digital mengajak keterlibatan berbagai elemen untuk meningkatkan produktifitas. Era digital berhasil memotong waktu, meningkatkan produktifitas dan memperkecil biaya. Semua itu harus dilakukan bersama-sama baik antara pendidikan tinggi, pemerintah dan juga dunia industri," tutup Prof Ngadino.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/03/15/13111371/kompetensi-dan-entrepreneurship-kunci-umb-masuki-era-industri-40

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke