KOMPAS.com - Sekolah harus berperan dalam proses peningkatan minat dan bakat siswa. Hal tersebut disampaikan Kepala SMAN 16 Bandung Aam Hamzah seperti dilansir dari laman resmi Dinas Pendidikan Jawa Barat (12/3/2019).
“Tugas sekolah bukan mencari kekurangan siswa, melainkan mencari kelebihan mereka, agar kompetensi anak tergali di sekolah,” tuturnya.
Aam mengatakan, peningkatan minat dan bakat di sekolah sesuai dengan amanat kurikulum diterapkan saat ini, yakni tidak hanya berfokus pada peningkatan kompetensi siswa di bidang kognitif, namun juga di bidang lainnya, yaitu afektif dan psikomotorik.
Memberi ruang siswa berkembang
“Siswa yang ahli main futsal enggak perlu dipaksa pintar fisika. Peran kita kan mengembangkan mereka, jadi kita beri ruang bagi siswa untuk berkembang di bidang yang mereka minati,” paparnya.
Selain itu, Aam pun menjelaskan bahwa definisi dari ‘sekolah juara’ bukan hanya menjadikan siswa bergemilang prestadi dan medali, melainkan upaya untuk menjadikan siswa memiliki kebiasaan atau karakter juara.
“Bukan hanya tentang akademik, tapi bagaimana siswa mampu juara di kehidupannya melalui karakter, seperti pantang menyerah, berusaha keras, dan lainnya. Kalau medali itu hanya tambahan saja,” imbuhnya.
Belajar keberhasilan Finlandia
Dilansir dari laporan Big Think yang dipublikasikan World Economic Forum (WEF), sistem pendidikan Finlandia dapat berfungsi dengan baik karena strukturnya ditopang oleh beberapa prinsip utama: pertama dan terpenting akses yang sama terhadap pendidikan dan siswa diberi kebebasan memilih jalur edukatif mereka berdasarkan minat dan bakat.
Pendidikan menengah atas Setelah pendidikan dasar, siswa dapat memilih melanjutkan ke pendidikan menengah atas. Meskipun tidak wajib, 90 persen siswa memulai studi menengah atas segera setelah sekolah dasar.
Sebanyak 10 persen lainnya dapat memilih untuk kembali ke pendidikan mereka nanti tanpa biaya. Pendidikan menengah atas Finlandia dibagi menjadi dua jalur utama, umum dan kejuruan. Keduanya memakan waktu sekitar tiga tahun.
Siswa tidak "terkunci"
Pendidikan umum siswa memiliki banyak kebebasan untuk memutuskan jadwal belajar mereka. Pada akhir pendidikan umum, siswa mengikuti ujian matrikulasi nasional, satu-satunya ujian standar di Finlandia.
Skor mereka digunakan sebagai bagian dari aplikasi kuliah. Pendidikan kejuruan lebih fokus pada pekerjaan dan menggabungkan magang serta pembelajaran di sekolah. Sekitar 40 persen siswa memulai pendidikan kejuruan setelah sekolah dasar.
Jalur ini berakhir dengan kualifikasi berbasis kompetensi setelah siswa menyelesaikan rencana studi individu. Perlu dicatat bahwa siswa tidak "terkunci" di salah satu jalur ini. Keduanya memiliki fleksibilitas sehingga siswa dapat menemukan minat baru atau membuat jalur yang menghubungkan keduanya.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/03/17/23371891/sekolah-harus-asah-minat-dan-bakat-siswa