Salin Artikel

Dua Mahasiswa USU Raih Emas dalam Ajang Inovasi Teknologi di Rusia

Ajang ini bertujuan untuk menemukan inovasi baru dalam dunia industri yang potensial untuk dipatenkan dan dikembangkan secara komersial.

Dalam kompetisi ini, mereka membuat inovasi teknologi dari produk kampas rem organik yang terbuat dari kulit kemiri yang tidak terpakai.

"Pada awalnya saya, Wahid, dan beberapa teman kami lainnya membuat startup Scandlenut yang bergerak di bidang teknologi maju dan menghasilkan salah satu produknya, yakni kampas rem organik," ujar Winelda yang akrab disapa Wiwin kepada Kompas.com pada Selasa (2/4/2019).

Wiwin mengatakan bahwa dalam startup ini, ia sebagai chief executive officer (CEO) dan founder, sementara Wahid sebagai chief technical officer (CTO).

"Kami berharap dengan hadirnya kampas rem organik ini dapat mengurangi dampak dan pemakaian asbestos yang sama-sama kita tahu sangat berbahaya untuk kesehatan," ujar Wiwin.

Asbestos merupakan serat atau fiber yang tahan api dan telah banyak digunakan di berbagai industri properti. Namun, asbestos ini bisa menyebabkan penyakit, termasuk kanker.

Menurut Wiwin, di ajang inovasi teknologi ini, ia merasa lebih susah bersaing karena peserta yang berpartisipasi di tahun ini lebih banyak daripada jumlah peserta pada 2018.

"Tentunya kami merasakan susah dalam bersaing, karena memang dari negara lain jumlah dana riset yang digelontorkan sangat banyak. Tapi hal itu tidak menyurutkan optimisme kami untuk bisa menang," ujar Wiwin, yang berkuliah di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) USU.

Ia juga mengungkapkan sebelum tampil di Rusia, mereka melakukan banyak persiapan, seperti proses pencetakan, produksi quality control, persiapan alat-alat, dan bahan untuk presentasi.

Kompetisi 22nd Moscow International Salon of Inventions and Innovative Technologies (Archimedes) menyatukan 300 organisasi, peserta dari 52 wilayah federasi Rusia, dan 22 negara bagian yang berbeda yang nantinya akan mempresentasikan 1.100 penemuan dan proyek inovatif.

Dalam ajang ini, tentunya Wiwin dan Wahid mengalami kesulitan yang dihadapi ketika mempresentasikan kampas rem organik.

"Salah satu lawan paling susah dari Rusia yang menciptakan teknologi pengolahan limbah pabrik yang kondisinya sangat siap untuk diimplementasi," ujar Wiwin.

"Lawan paling susah juga dari Thailand yang produknya memang sudah siap pakai," kata dia.

Tak hanya itu, ajang inovasi teknologi ini juga memberlakukan sistem perlombaan menggunakan scoring berdasarkan presentasi yang dipaparkan.

Menurut Wiwin, proses uji coba sudah dilakukan terlebih dahulu sebelum ditampilkan atau dipresentasikan dalam ajang tersebut.

Atas pemaparan ini, Wiwin dan Wahid menerima tiga medali emas dan satu piala spesial dari Pemerintah Rusia.

"Tiga medali emas itu dari Pemerintah Thailand, Pemerintah Arab Saudi, dan Pemerintah Rusia," kata Wiwin.

Selain itu, Wiwin juga mengungkapkan bahwa dirinya dan Wahid mengikuti ajang inovasi teknologi ini atas anjuran pihak rektorat.

"Pihak rektorat sangat mendukung kami baik dari segi finansial secara keseluruhan dan juga moral," ujar Wiwin.

Sebelumnya, Wiwin dan Wahid pernah mewakili Indonesia dalam festival inovasi "Silicon Valley International Invention Festival (SVIIF)" yang diselenggarakan di Santa Clara Convention Center, San Fransisco, California, AS pada 2-4 Juli 2018.

Kemudian, mereka juga menjadi urutan kedua dalam ajang inovasi "Swiss Innovation 2018" yang dihelat di Padma Resot Legian, Kuta, Bali pada 9-10 Agustus 2018.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/04/03/13142861/dua-mahasiswa-usu-raih-emas-dalam-ajang-inovasi-teknologi-di-rusia

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke