KOMPAS.com - Program Vokasi Komunikasi Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan kompetisi futsal "Millennials For Election: Futsal Competition 2019" di UI, Depok (13-14/4/2019).
Kompetisi ini diselenggarakan untuk mengkampanyekan gerakan "Anti Golput" kepada kelompok pemilih muda. Acara yang berlangsung selama dua hari ini didukung Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Depok, yang hadir menyosialisasikan cara memilih di TPS.
Sosialisasi dilangsungkan dalam bentuk talk how dengan pembicara; Valentino “Jebreeet” Simanjuntak, Paska Denberia Pakpahan, dan Miss Indonesia 2019.
Kompetisi diikuti 16 tim dari Jabodetabek dan menghadirkan sekitar lebih dari 500 peserta dan penonton selama 2 hari.
Peran penting milenial
“Milenial menjadi target pemilih penting karena pada pemilu tahun ini diperkirakan berjumlah sekitar 80 juta pemilih muda. Penelitian global 2009 menunjukkan 76 persen milenial melihat politik itu penting, namun hanya 24 persen benar-benar tertarik pada politik," ujar Devie Rahmawati, Kaprodi Vokasi Komunikasi UI, dalam sambutan pembukaan kegiatan.
Devie menambahkan penelitian Miller tahun 2013 menemukan meskipun milenial memperoleh banyak informasi melalui internet, hal ini justru membuat mereka kesulitan memilih mana informasi yang benar dan tepat.
"Termasuk informasi perihal politik yang berujung pada enggannya mereka untuk datang ke TPS dan memilih Golput,” tambah Devie.
Paradoks banjir informasi
“Studi lain menunjukkan bahwa terjadi paradoks dari banjirnya informasi. Di masa lalu, orang yang memiliki informasi yang banyak, akan semakin berpengetahuan dan yakin untuk dapat menentukan pilihan," lanjutnya.
Ia melanjutkan, "Hal ini tidak terjadi pada generasi milenial. Bagi milenial, dukungan dengan memberikan Likes, Comment, Share di media sosial, justru bentuk dukungan politik yang nyata. Karena mereka melihat dampak langsungnya, ketika komen atau artikel yang mereka kirim menuai banyak Likes misalnya.
"Berbeda ketika mereka datang ke TPS, di mana hasil pilihan tidak dapat dipamerkan ke publik, membuat mereka merasa bahwa aktivitas politik nyoblos di TPS tidak memiliki arti apapun dan "tidak berdampak langsung,” tambah Devie, peraih "Best Paper" di KLicels Malaysia.
Ajang "curhat" pemilu
Dalam kesempatan yang sama, Rangga Wisesa, Dosen Pengampu Manajemen Event menyampaikan, “Kami mengundang KPUD, karena banyak sekali informasi yang belum tersampaikan khususnya tentang persoalan DPT, tata cara pencoblosan, waktu pencoblosan dan sebagainya."
Ia berharap kegiatan ini dapat menjadi kesempatan “curhat” mahasiswa dan masyarakat umum, untuk bertanya dan mendapatkan keterangan lengkap seputar 17 April, dalam suasana yang santai.
“Ada 500 lebih peserta dan pengunjung ini diharapkan menjadi agen-agen informasi pemilu kepada keluarga dna lingkungan sekitar mereka setelah mengikuti acara ini, “ tambah Amelita Lusia, Kepala Laboratorium Penyiaran Vokasi UI.
Ajak milenial ke TPS
“Acara ini diselenggarakan untuk menjawab kegelisahan mahasiswa terhadap generasinya yang tidak ingin menggunakan hak pilihnya di Pemilihan Umum 2019 nanti. Untuk itu, kami ingin mengumpulkan millennial melalui kompetisi futsal," ujar Adel, Ketua Panitia.
Ia menambahkan, "Meskipun kompetisi ini diperuntukkan untuk putra, kami yakin millennial perempuan juga akan ambil bagian dalam acara ini.”
Kompetisi ditutup dengan talkshow ‘Suara Millennials’ menghadirkan Gervando Jeorista serta Deddy Indrawan, sebagai representatif politisi milenial untuk membujuk agar milenial datang ke TPS.
Talkshow mengangkat tema "Pentingnya suara Milenial dalam Pemilihan Umum 2019", tutup Adel mahasiswa Peminatan Humas, Program Studi Vokasi Komunikasi UI.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/04/13/09562981/jebreeet-vokasi-ui-ajak-milenial-anti-golput