KOMPAS.com - Pemakaian gadget dan pemanfaatan media sosial menjadi kebutuhan di kalangan masyarakat, termasuk kalangan anak. Dampaknya bisa menjadi sarana interaksi bagi anak, tetapi di lain pihak membuat anak kecanduan.
Tingkat lebih parah, gawai dan media sosial justru dapat membuat anak a-sosial dan menghambat pertumbuhan psikologis di kemudian hari. Hal ini disebabkan karena anak menjadi malas melakukan aktifitas luar rumah dengan adanya games-online dan tontonan serta beragam pilihan di gawai.
Hal inilah kemudian mendorong beberapa dosen Universitas Indonesia (UI) melakukan penelitian bertema "Literasi Sosial Media untuk Anak".
Jadi labil tanpa gawai
Tim peneliti diketuai dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia (FIA UI), Effy Rusfian yang meneliti 135 siswa berusia 11-13 tahun di SDN 01 Sawangan, Depok pada Selasa (16/4/2019).
Penelitian menunjukkan melarang pemakaian gadget dan media sosial di kalangan anak-anak tidak mungkin dilakukan karena akan menyebabkan anak-anak menjadi labil secara psikologis dan sosial.
Menurut Effy, peran orang tua dan guru sangat besar dalam memberikan bimbingan dan panduan kepada anak-anak agar mampu membatasi diri dan mampu menyaring pemakaian gadget dan media sosial agar bermanfaat dan berdampak postif.
Aplikasi berdampak positif
Peneliti UI juga memberikan sosialisasi berupa panduan terkait aplikasi yang patut diakses anak dan mampu memberikan dampak positif terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi anak.
"Sosialisasi ini dilakukan dengan langsung memberikan contoh dan praktek kepada anak didik. Selain itu, juga dilakukan kegiatan FGD kepada para guru dan orang tua murid sebagai stakeholder pada lingkungan anak," terang Effy melalui rilis resmi UI.
Dalam pengabdian masyarakat ini juga dilakukan pre-test dan post-test berupa pengisian questioner didampingi tim periset yaitu mahasiswa FIA UI sehingga nantinya dapat diketahui perubahan perilaku anak setelah dilakukan sosialisasi literasi media sosial pada 3 bulan mendatang.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/04/18/13221671/peneliti-ui-dilarang-pakai-gawai-anak-jadi-labil-harus-bagaimana