KOMPAS.com - Dalam rangka Gebyar Hari Pendidikan Nasional yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada 26 April - 2 Mei 2019, Muhadjir Effendy selaku Menteri Pendidikan menegaskan bahwa fokus pemerintah saat ini adalah membangun SDM yang berkualitas dan berkarakter.
Bagaimana caranya? Dalam hal ini, Indonesia tengah berupaya meningkatkan kualitas SDM melalui perbaikan sistem pendidikan. Jika melirik sistem pendidikan berlaku di negara maju, ada banyak perbedaan yang dapat menjadi cermin mendongkrak kualitas pendidikan Indonesia.
Di Jepang, pemerintah menyiapkan pusat pengembangan profesi guru dengan sistem pendidikan yang sudah merata dan terkontrol sangat baik di tiap daerah. Sedangkan Finlandia menerapkan sistem sekolah tanpa memberikan pekerjaan rumah bagi siswa.
Hal tersebut dilakukan agar anak dapat mengeksplorasi hal lain di sekitarnya guna mengasah keterampilan soft skill setelah kegiatan sekolah usai. Jam sekolah yang berlaku pun tidak lebih dari 5 jam per hari.
Bagaimana sebenarnya kebiasaan belajar siswa di Indonesia dengan mengikuti sistem pendidikan yang berjalan saat ini?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Quipper Indonesia, platform edukasi berbasis teknologi, menghimpun data yang diperoleh dari siswa kelas 9 hingga kelas 12 pengguna aktif layanan Quipper pada tahun ajaran 2018/2019.
Berikut beberapa data menarik hasil penelitian tim Quipper Indonesia terkait kebiasaan belajar online siswa Indonesia:
Jika dibandingkan dengan Finlandia, pelajar di Indonesia menghabiskan waktu 7 jam per hari di sekolah. Waktu tersebut belum termasuk kegiatan ekstrakurikuler, les tambahan, dan mengerjakan PR di rumah. Mengacu pada peringkat PISA Reading Score, Indonesia menduduki peringkat ke 64 dari 70 negara.
Meskipun telah melewati berbagai macam pergantian kurikulum, nyatanya sistem pendidikan yang berlaku selama ini masih belum memberikan output yang maksimal. Indeks Pembangunan Manusia Indonesia berdasarkan data PBB tahun 2018 masih menempati urutan 116 dari 189 negara dalam kategori medium human development.
Matematika dianggap sulit
Dari 10 mata pelajaran pokok yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi, Sejarah, Ekonomi, Geografi dan Sosiologi, terbukti Matematika merupakan pelajaran paling banyak ditonton dengan presentasi 20 persen.
Disusul dengan Biologi 13 persen, Fisika 12 persen dan 7 pelajaran sisanya hanya ditonton masing-masing kurang dari 10 persen. Perbedaan persentase yang cukup signifikan antara Matematika dan 9 pelajaran lainnya menunjukkan Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang paling sulit oleh pelajar tingkat SMA di Indonesia.
Jika melihat dari pola belajar online tersebut, tidak heran peringkat PISA Indonesia saat ini masih tergolong rendah, khususnya pada pelajaran matematika. Dalam skor PISA pada tahun 2016, kemampuan penguasaan matematika dasar pelajar di Indonesia masih terbilang rendah, yaitu berada di urutan 63 dari 70 negara.
Kebiasaan menarik belajar daring
Dari data yang Quipper Indonesia himpun, ditemukan beberapa fakta menarik sebagai berikut:
1. 85 persen siswa lebih menyukai belajar menggunakan smartphone untuk menonton video pembelajaran.
2. Siswa hanya mampu menonton video pembelajaran 100 menit dalam sepekan atau rata-rata 15 menit setiap hari.
3. Matematika merupakan subjek yang paling banyak ditonton karena dianggap sebagai pelajaran paling sulit
4. Dua kali lipat lebih banyak siswa memanfaatkan video pembelajaran saat masa ujian berlangsung dibandingkan sebelum ujian.
5. Pelajar cenderung menyukai sistem kebut semalam (sks) dalam belajar menghadapi ujian.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/05/02/19230581/ssstt-ini-5-kebiasaan-belajar-online-siswa-indonesia