KOMPAS.com - Dalam rangka memberikan pemahaman konsep menghargai perbedaan (respect) dan toleransi kepada seluruh siswa, Sekolah HighScope Indonesia menyelenggarakan kegiatan lintas agama bertajuk 3R (Ramadhan, Retreat, Recollection).
Kegiatan ini bertujuan mengajarkan siswa menghargai perbedaan dan mengimplementasikan nilai-nilai sikap toleransi demi memperkuat kepercayaan serta keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, antara lain melalui kegiatan berdoa atau refleksi.
Tema 3R diangkat tahun ini “ABC Generation: Becoming Adaptive, Brave and Creative Religious Millenials for the Good of Others”.
Tema ini dipilih dengan tujuan siswa dapat menjadi agen- agen pembawa semangat toleransi yang adaptif, berani dan menggunakan cara-cara yang kreatif untuk membawa kebaikan bagi seluruh umat beragama dalam masyarakat.
Libatkan siswa lintas agama
Kegiatan 3R ini diselenggarakan setiap tahun di bulan Ramadhan, sejak tahun 2004. Meskipun diselenggarakan bulan Ramadhan, kegiatan ini tidak hanya diikuti siswa beragama Islam saja, tetapi juga siswa beragama dari agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu dan Budha.
Di dalam kegiatan ini, aktivitas siswa secara umum terbagi menjadi 2, yaitu aktivitas yang sesuai dengan latar belakang agama masing-masing siswa, dan aktivitas gabungan seluruh siswa tanpa melihat latar belakang agama.
Rangkaian kegiatan 3R tahun 2019 ini dimulai sejak hari Selasa, 28 Mei 2019 dan berakhir di keesokan harinya.
Kegiatan 3R ini dibuka dengan sesi Opening, Hopes and Dreams, dan Ice Breaking kemudian dilanjutkan sesi talkshow dari Rumah Singgah Erka (Rumah Kita) dengan pembicara Ridwan (Duta Anak Indonesia untuk PBB) dan Hadi (Komunitas Beatbox Anak Marjinal).
Ridwan, perwakilan Duta Anak Indonesia mengartikan toleransi dihubungkan dengan kepedulian terhadap orang-orang lain yang mungkin dipandang sebelah mata oleh sebagian pihak.
Ridwan mengatakan, “Toleransi itu adalah bagaimana kita sebagai manusia dapat membantu orang lain tanpa melihat latar belakangnya, agama, status ekonomi, suku bangsa, dan lainnya, dengan tujuan solidaritas sesama manusia agar orang yang kita bantu itu bisa kemudian bangkit dari kesulitannya dan menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dan mandiri.”
Bangun semangat toleransi
Sementara itu, Hadi dari komunitas Beatbox Anak Marjinal menunjukan kepada para siswa bahwa anak-anak marjinal namun dengan kepedulian dan bimbingan tepat, maka dari antara mereka bisa muncul bakat-bakat dan keterampilan yang tidak diperhitungkan sebelumnya.
Yang mereka butuhkan adalah kesempatan mengembangkan bakat dan keterampilan. Di sini para siswa kembali diingatkan bahwa sebagai anak-anak yang lebih beruntung, para siswa dapat menyatakan rasa syukur atas kehidupannya dengan mau peduli dan berbagi dengan teman-teman yang tidak seberuntung mereka.
Setelah sesi pembukaan selesai, barulah para siswa mengikuti sesi-sesi sesuai dengan agama mereka masing- masing.
Pada saat siswa beragama Islam menjalankan kewajiban sholat Isya dan Tarawih berjamaah, siswa beragama lain melakukan pendalaman iman masing-masing di ruang berbeda, dengan mengundang pembicara tamu dari pemuka agama masing-masing.
Mereka berdiskusi tentang bagaimana keimanan mereka tercermin dalam semua tindakan mereka yang membawa semangat toleransi dan solidaritas dengan sesama, terlebih lagi di era digital saat ini.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/05/31/21021021/3r-menumbuhkan-semangat-menghargai-perbedaan-dan-toleransi