KOMPAS.com – Pentingnya menanamkan gerakan gemar membaca buku kepada anak-anak harus terus menjadi perhatian semua pihak, termasuk para orang tua. Salah satu aktivitas yang bisa dilakukan yaitu dengan membacakan buku secara nyaring.
Sebab, kegiatan itu bisa meningkatkan kemampuan berbahasa seorang anak dalam masa pertumbuhannya. Kemampuan itu yakni mempelajari huruf, mengetahui tentang perbedaan pengucapan dari suatu huruf, mendapatkan kosakata baru, dan mempelajari susunan kalimat.
Hal itu dikemukakan Roosie Setiawan, pendiri Reading Bugs, salah satu pembicara gelar wicara bertema "Orang Tua Baca Nyaring, Anak Tumbuh Optimal" yang diadakan The Asia Foundation di Ruang Serbaguna Perpustakaan Kemendikbud RI, Jakarta, Kamis (20/6/2019).
Bersaing dengan teknologi
“Anak harus memahami dulu bahasa lisan yang dibutuhkan untuk instruksi belajar membaca nyaring. Kemudian anak butuh pengetahuan huruf, kesadaran fonem, kosakata, dan struktur kalimat. Ketika kita membaca nyaring, unsur-unsur itu sudah ada,” ujar Roosie dalam gelar wicara tersebut.
Menurutnya, aktivitas membaca nyaring kepada anak harus semakin giat dilakukan pada era globalisasi ini karena kita berkompetisi tidak hanya dengan sesama manusia, tetapi juga dengan penggunaan teknologi.
Maka dari itu, memasyarakatkan kecintaan terhadap buku dan gemar membaca akan menambah pemahaman seorang anak tentang kehidupan di sekitarnya, dan kegiatan itu harus ditanamkan orang tua sejak dini.
Selain itu, manfaat melalui membaca buku bersama adalah orang tua menjadi lebih dekat dengan anak sekaligus menjadi contoh positif patut ditiru anak di kemudian hari.
“Ada bonusnya juga, orangtua jadi lebih dekat dengan anak dan jadi teladan membaca. Salah satu contoh agar anak gemar membaca adalah dengan membacakan nyaring. Istilahnya kita sudah kepergok membaca oleh anak, jadi anak akan mencontoh kita,” ucap Roosie.
Membaca sebagai kebiasaan
Di sisi lain, tambahnya, guru pun bisa mempraktikkan gerakan membaca nyaring di sekolah. Bahkan ada peraturan pemerintah mengatur tentang wajib membaca selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai. Buku yang dibaca yaitu buku non-teks pelajaran, berupa buku cerita.
Roosie berharap gerakan membaca nyaring ini bisa terus bergulir dan meluas ke seluruh Indonesia sehingga tidak ada lagi terdengar kabar anak-anak tidak suka membaca.
Sementara itu, Deputy Country Representative The Asia Foundation Indonesia Christopher Wyrod menuturkan orangtua wajib membangun kesadaran membaca buku kepada anak-anak dan menjadi kebiasaan setiap hari.
“Membaca adalah kegiatan yang harus dijadikan kebutuhan sehari-hari. Orang tua punya andil besar di dalamnya. Orangtua juga harus membiasakan anak-anak membaca layakya bermain Playstation dan menonton Youtube yang disukai anak-anak,” kata Christopher.
Christopher sependapat metode membaca secara nyaring dapat mempererat hubungan orangtua dengan anak-anak, apalagi dengan perkembangan teknologi yang luar biasa belakangan ini.
“Sangat penting menghubungkan literasi dengan teknologi. Metode membaca secara nyaring kepada anak-anak dapat mempererat hubungan keluarga,” pungkasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/06/20/21580241/membacakan-nyaring-untuk-anak-sangat-penting-apa-manfaatnya