KOMPAS.com - Universitas Multimedia Nusantara (UMN) menggelar "International Moving Image Cultures Conference (IMOVICCON) 2019" yang merupakan konferensi ilmiah pertama di Indonesia tentang fenomena budaya ‘gambar bergerak’.
Konferensi "moving image" tahun ini mengangkat tema "Small Screen Culture and Digital Society" dan menjadi tanggapan terhadap perkembangan teknologi yang membawa masyarakat global beralih ke dunia digital sehingga membawa pengaruh besar dalam seni bercerita atau storytelling.
Wakil Rektor II UMN Andrey Andoko dalam kesempatan sambutan pembukaan IMOVICCON 2019 di Lecture Hall UMN (2/7/19) menerangkan teknologi digital telah memberikan dampak dalam kehidupan manusia.
"Media elektronik seperti televisi juga akan mengalami disrupsi, mengingat jumlah penontonnya yang mengalami stagnasi. Inilah era di mana kita bisa mengeksplor small screen," tegas Andrey.
Tantangan era "layar kecil"
“Pertumbuhan smart phone technology (small screen) tidak hanya terjadi pada generasi milenial melainkan juga generasi alfa. Inilah tantangan kita di industri media. Bagaimana caranya memproduksi konten yang berkualitas, memiliki nilai informasi dan juga hiburan. Dalam hal ini, kita tidak hanya bicara konten melainkan juga menghasilkan revenue,” terang Andrey dalam sambutan.
Sementara itu, salah satu pembicara utama Viola Lasmana, Ph.D. dari University of Southern California, Amerika Serikat memaparkan penelitiannya yang bertajuk “Analog Amateurism” di mana small screen culture dan digital society menjadi bahasannya.
Viola memberikan contoh kasus “The Quipu Project”. Proyek ini adalah film dokumenter tentang wanita dan pria yang disterilisasi di Peru pada pertengahan 1990-an. Dua puluh tahun kemudian, mereka masih mencari keadilan.
“Dengan menggunakan telepon dan web interface yang dikembangkan secara khusus, kami bekerja dengan beberapa orang yang terkena dampak. Mereka dapat menceritakan kisahnya dengan kata-kata mereka sendiri. Kemudian, orang-orang dari segala penjuru dunia dapat memberikan semangat kepada mereka (survivor),” papar Viola.
Viola menambahkan, dengan fasilitas web interface, survivor akan merasa didengarkan dan kisah mereka dapat menjadi pembicaraan global. Web tersebut juga sudah menggunakan fitur penerjemah ke bahasa lokal agar dipahami survivor, namun tetap menggunakan subtitle Bahasa Inggris agar dipahami oleh masyarakat dunia.
Konferensi ilmiah pertama di Indonesia
Turut hadir sebagai pembicara Gietty Tambunan dari Universitas Indonesia. Peserta presenter konferensi berasal dari berbagai insitusi pendidikan di Tangerang, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Australia.
"Mereka berasal dari berbagai kalangan, diantaranya akademisi, mahasiswa, pekerja seni, pembuat film dan animasi, komunitas dan pemerhati film dan animasi, pembuat content, serta pengkaji dan periset multi disiplin ilmu," jelas Humas UMN Chininta Rizka Angelia.
Chininta menyampaikan konferensi berlangsung 2-3 Juli 2019 di Lecture Hall UMN dan terbuka untuk masyarakat umum.
"Acara ini terbuka untuk umum bagi mereka yang ingin memperluas cakrawala pengetahuannya dalam diskusi dengan topik seperti mobile screens storytelling, digital/internet content, studi industri over the top (Netflix, iFlix, dll), selebriti internet, vlog, dan fenomena lainnya," terangnya.
Sebagai konferensi ilmiah pertama dalam bidang yang termasuk baru di Indonesia, IMOVICCON berharap dapat menjadi wadah diskusi ilmiah yang dapat berkontribusi secara aktif dan berkesinambungan dalam mengembangkan sumber daya manusia baik praktisi maupun akademisi menjadi lebih baik.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/02/22265601/umn-gelar-konferensi-gambar-bergerak-pertama-di-indonesia