KOMPAS.com – Salah satu masalah yang sering dialami oleh para pelamar kerja yaitu syarat dari perusahaan yang dilamar berupa pengalaman kerja. Hal itu menjadi kesulitan tersendiri bagi pelamar yang belum mempunyai pengalaman kerja, khususnya fresh graduate atau pelamar yang baru lulus sekolah atau kuliah.
Sementara itu, pada umumnya tujuan pelamar seperti itu justru untuk mencari pengalaman kerja sebagai bekal untuk mengetahui dunia kerja yang sesungguhnya.
“Masalah tenaga kerja sekarang adalah pengalaman yang diminta perusahaan. Seharusnya penerimaan jangan ada syarat pengalaman karena tidak memberi kesempatan untuk fresh graduate. Bagaimana mau diterima kerja kalau dituntut punya pengalaman,” ucap Kepala Sub-Direktorat Penempatan Tenaga Kerja Khusus Kementerian Tenaga Kerja Selviana kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (1/7/2019).
Maka dari itu, dia menambahkan, Kementerian Tenaga Kerja membuat program pendidikan dan pelatihan kepada calon tenaga kerja melalui balai latihan kerja (BLK). Materi program itu disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri sesuai perkembangan saat ini.
Selain itu, ada juga kerja sama dengan berbagai perusahaan swasta menyalurkan calon tenaga kerja itu melalui program magang agar bisa mendapat pengalaman kerja.
Dengan begitu, mereka memiliki bekal kemampuan dan keterampilan tambahan, bahkan bersertifikat, yang bisa membantu untuk diterima di suatu perusahaan.
“Sekarang dituntut tidak hanya ijazah, tapi ada sertifikat keahlian ikut pelatihan khusus. Itu yang dikembangkan di BLK dan perusahaan-perusahaan juga mengadakan itu. Menyesuaikan dengan perkembangan kebutuhan industri selama ini,” kata Selviana.
Pelatihan tenaga kerja
Ia pun mendukung berbagai perusahaan yang menggelar program pelatihan bagi tenaga kerja sebagai upaya untuk mengurangi angka pengangguran serta menjembatani kesenjangan antara dunia pendidikan dan kerja.
Salah satu contoh perusahaan yang mempunyai program semacam itu yakni Akademi Ritel Gramedia. Program pendidikan dan pelatihan oleh Gramedia ini ditujukan kepada para lulusan SMA/SMK atau yang sederajat agar mendapatkan bekal sebagai tenaga kerja yang siap terjun dalam industri ritel.
Selain itu, berbagai perusahaan ritel pun dapat mengambil lulusan program ini untuk bekerja di perusahaan tersebut sesuai kebutuhan masing-masing.
“Saya harap tidak hanya untuk bidang ritel, mungkin ada perusahaan-perusahaan lain yang membuka kesempatan untuk memberikan pendidikan dan pelatihan di sektor lain,” pungkas Selviana.
Sementara itu, Human Resource, Marketing, and Merchandising Director Gramedia Heri Darmawan menuturkan bahwa peserta yang menjalani pelatihan dalam Akademi Ritel Gramedia diberi materi pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan komunikasi, tampil, mengatasi persoalan, dan berani bicara.
Jadi bekal kemampuan
Terkait masalah penutupan sejumlah gerai ritel belakangan ini, materi yang diberikan tersebut bisa menjadi bekal bagi para peserta mengembangkan kemampuan mereka masing-masing.
“Di ARG tidak spesifik untuk gerai-gerai saja, diharapkan dari materi pembelajaran tersebut para peserta lebih percaya diri, dan itu jadi bekal pengembangan dirinya,” ucap Heri.
Dia menambahkan, peserta mengikuti program ini selama empat bulan. Dua bulan pertama yaitu proses belajar di kelas, kemudian dua bulan berikut magang di Gramedia atau di perusahaan ritel lain.
Adapun materi pokok didapatkan peserta selama di kelas yaitu Pengembangan Karakter, Penampilan Diri, Komunikasi, Bahasa Inggris, KKeterampilan Menjual, Layanan Pelanggan, Keterampilan Ritel, dan Pengetahuan Industri Ritel.
Khusus materi Pengetahuan Industri Ritel akan ada sharing disampaikan praktisi sumber daya manusia dari berbagai perusahaan.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/03/22424801/hadapi-penutupan-ritel-akademi-pelatihan-berikan-tambahan-kemampuan