KOMPAS.com - Program Inisiatif Kepemimpinan Pendidikan untuk Raih Prestasi (Inspirasi) yang diberikan kepada para kepala sekolah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, telah diluncurkan pada Kamis (18/7/2019) di Resinda Hotel Karawang.
Program kali pertama ini bertujuan mengembangkan kualitas kepemimpinan kepala sekolah dan nantinya berpengaruh pada peningkatan mutu hasil pembelajaran siswa.
Pelaksanaannya dimulai pada tahun ajaran 2019/2020 dan akan berlangsung selama 1,5 tahun. Program ini diikuti oleh 20 kepala sekolah dasar negeri dan 5 madrasah ibtidaiyah di Karawang.
Direktur Eksekutif Inspirasi Patrya Pratama mengatakan, bentuk nyata dari program pelatihan ini berupa workshop dan pendampingan fasilitasi praktik kerja di lapangan. Dalam periode 1,5 tahun itu, setiap bulan akan dilaksanakan kegiatan workshop di ruangan dan praktik kerja di lapangan secara bergantian.
“Istilahnya in workshop learning dan on the job learning. Jadi in, on, in, on dan seterusnya,” ucap Patrya saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (18/7/2019).
Materi pelatihan isinya terdiri dari tiga hal. Pertama, fokus pada keterampilan dasar kepemimpinan kepala sekolah sebelum melakukan tugas, misalnya kolaborasi dengan guru, manajemen waktu, dan komunikasi.
“Hal-hal ini yang belum pernah ada dari desain pelatihan kepemimpinan dari pemerintah, padahal itu penting,” imbuhnya.
Materi kedua yaitu problem kemampuan memecahkan masalah. Pelatihan ini menghindari untuk mengajarkan langsung cara memecahkan masalah apa pun di sekolah karena nantinya kepala sekolah tidak terbiasa mengatasi masalahnya sendiri.
Mereka diarahkan untuk berdiskusi dengan kepala sekolah lain sehingga bisa berbagi pengalaman dalam mengatasi masalah yang serupa.
Kemudian, materi ketiga berupa konten pembelajaran secara umum. Ada tiga hal yang diutamakan dalam materi ini, yakni mengembangkan guru, mengobservasi pembelajaran, dan melakukan tinjauan ulang terhadap rencana pengajaran dan pembelajaran (RPP).
“Tidak semua kepala sekolah terbiasa untuk memberikan observasi di kelas dan kasih feedback ke gurunya. Peraturan sudah ada, tapi enggak semuanya nyaman, makanya perlu dibiasakan. Kalau untuk me-review lesson plan supaya guru-gurunya mengajar dengan metode pembelajaran yang aktif, kebanyakan sebelumnya cuma satu arah,” jelas Patrya.
Dia menuturkan, problem terbesar dari kebanyakan program pelatihan selama ini adalah ketika programnya sudah selesai, penyelenggaranya tidak tahu apakah praktik yang sudah diajarkan masih dilanjutkan atau tidak.
Maka dari itu, Yayasan Inspirasi bermitra dengan satu lembaga riset untuk melakukan evaluasi atau impact evaluation. Maksudnya, setelah kepala sekolah mendapat pelatihan, apakah ada perubahan yang terjadi dari segi praktik ataupun pengetahuan mereka, termasuk para guru dan siswa.
“Kalau yang rajin kepala sekolahnya saja berarti tidak berdampak karena tujuan utamanya supaya siswanya belajar. Kita enggak pernah tahu tanpa impact evaluation. Ada survei dan observasi. Kadang kita merasa program kita sudah pasti berhasil, padahal belum tentu,” tuturnya.
Mengenai pelaksanaan pelatihan Inspirasi yang berlangsung 1,5 tahun, Patrya berpendapat bahwa tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik dilakukan secara cepat atau instan. Kalaupun cepat, biasanya setelah peserta bisa mempraktikkan materi yang didapat, tetapi setelah itu program tersebut selesai begitu saja.
“1,5 tahun ini gradual release atau dilepas secara bertahap. Tahun pertama kami fasilitasi mereka. Tahun kedua atau enam bulan berikutnya kami berikan peran lebih besar kepada pengawas untuk ikut membimbing mereka. Harapannya saat program berakhir, pengawas akan mengambil alih yang dikerjakan Inspirasi. Jadi mereka yang pertahankan program itu,” paparnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/19/16543431/pelatihan-15-tahun-ini-materi-program-inspirasi