KOMPAS.com – Yayasan Inspirasi bekerja sama dengan sejumlah lembaga donor menyelenggarakan program Inisiatif Kepemimpinan Pendidikan untuk Raih Prestasi (Inspirasi) yang ditujukan kepada para kepala sekolah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Program tersebut diikuti oleh 25 kepala sekolah di Karawang dan pelaksanaannya dimulai pada tahun ajaran 2019/2020 selama 1,5 tahun ke depan. Tujuannya untuk mengembangkan kepemimpinan kepala sekolah dan diharapkan bisa memberi pengaruh positif pada peningkatan kualitas hasil pembelajaran guru dan siswa.
Lembaga donor yang terlibat yaitu Tanoto Foundation, Global School Leaders, Resinda Hotel Karawang, PT Bukit Muria Jaya, Triputra Agro Persada, dan Asia Philanthropy Circle.
Menurut Direktur Eksekutif Yayasan Inspirasi Patrya Pratama, pemilihan 25 kepala sekolah yang terdiri dari 20 kepala sekolah dasar negeri dan 5 madrasah ibtidaiyah itu berdasarkan beberapa kriteria.
Kriteria pertama adalah lokasi sekolahnya terletak di wilayah perkotaan dan tidak saling berjauhan satu sama lain sehingga lebih mudah dijangkau.
Syarat kedua adalah sekolah yang mengikuti program ini tidak sedang mengikuti program pelatihan serupa yang diselenggarakan oleh pihak mana pun, misalnya dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Karena kami ada impact evaluation, kami enggak tahu perubahan di sekolah itu, karena program kami atau dari program lain. Makanya, lokasinya dipilih di Kecamatan Klari dan Lemah Abang di Karawang," ujar Patrya kepada Kompas.com usai peluncuran program Inspirasi, Kamis (18/7/2019) di Resinda Hotel Karawang, Jawa Barat.
Kemudian, Patrya menambahkan, kepala sekolah yang dipilih yaitu tidak memasuki masa pensiun dalam satu atau dua tahun ke depan. Sebab, program ini berlangsung 1,5 tahun.
''Sehingga, kalau kepala sekolahnya pensiun setelah mengikuti program itu, maka akan sia-sia dan tidak dapat ditularkan kepada para guru dan siswanya masing-masing. Jadi, di level kepala sekolah tidak boleh pensiun tahun depan, minimal sudah menjabat setahun sudah cukup. Kami anggap sudah satu siklus perencanaan sekolah," tambahnya.
Selain itu, motivasi pribadi dari kepala sekolah tersebut juga menentukan bisa mengikuti program ini atau tidak. Patrya mengatakan, pihaknya tidak ingin program ini bersifat topdown atau berdasarkan perintah. Artinya, kepala sekolah itu terpaksa ikut karena ditunjuk.
Penyelenggara Inspirasi membebaskan keinginan kepala sekolah yang bersangkutan. Namun, ternyata banyak yang berminat karena program seperti ini masih jarang diadakan oleh pihak mana pun.
Dia pun mengungkapkan, tantangan yang lebih sulit ketika memilih kepala sekolah madrasah, karena jumlahnya banyak dan harus melakukan koordinasi dengan Kementerian Agama, bukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Jadi memilih lima madrasah itu agak sulit, tapi karena ini pilot project dan budget terbatas, yang dipilih lima dulu," kata Patrya.
Mengenai inovasi yang sudah dilakukan kepala sekolah tersebut, menurut dia, itu tidak menjadi pertimbangan. Hal yang lebih diperhatikan adalah teknik mengajar individual guru, misalnya ada beberapa guru yang lebih rajin dibanding yang lain sehingga mereka mempunyai sumber atau bahan ajar yang bagus.
"Soal inovasi atau seberapa bagusnya sekolah bukan jadi kriteria untuk dipilih, karena kalau pilih yang bagus-bagus saja sebenarnya program ini tidak memberi solusi, justru targetnya sekolah yang kurang bagus," ucap Patrya.
Bagi dia, sekolah tersebut tidak perlu melakukan Inovasi yang macam-macam karena tidak ada gunanya apabila tidak ada kesempatan untuk bisa saling belajar. Maka dari itu, salah satu kegiatan program Inspirasi berupa workshop supaya pesertanya bisa saling berbagi pengalaman satu sama lain.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/20/13004901/program-inspirasi-untuk-25-kepala-sekolah-ini-syarat-dan-lokasinya