KOMPAS.com – Melaju pesat bagaikan kilat. Mungkin, perumpamaan tersebut cocok untuk menggambarkan kemajuan teknologi yang terjadi sekarang.
Hadirnya internet of things (IoT), big data mining, genetic editing, mobil swakendara, mesin penerjemah, dan artificial intelligence (AI) menjadi bukti betapa kencangnya derap langkah kemajuan teknologi.
Untuk teknologi yang terakhir disebutkan, bahkan sedang menjadi perbincangan hangat akhir-akhir ini.
Ya, saat ini teknologi AI telah merambah ke berbagai jenis industri di dunia, salah satunya industri furnitur. Kini, pengaplikasian teknologi AI bisa digunakan untuk merancang sebuah kursi.
Melansir Kompas.com, Minggu (14/4/2019), salah satu perusahaan perangkat lunak, Starck mencoba untuk membuat furnitur dengan bantuan AI.
Uniknya, perusahaan tersebut memanfaatkan software (purwarupa) yang dikembangkan oleh Autodesk untuk membuat kursi yang stabil, kuat, dan menggunakan material yang minimal.
Starck menyebutkan kalau kursi yang dihasilkannya merupakan furnitur pertama yang didesain tanpa melibatkan otak manusia dalam prosesnya.
Terobosan teknologi ini tentu bisa membantu perusahaan furnitur untuk membuat karya-karya lainnya dengan lebih efisien dan efektif.
Namun, ada dampak negatif dari hadirnya teknologi ini, yaitu menggerus peluang kerja desainer interior dan pembuat furnitur dengan proses manual (konvensional).
Peran lembaga pendidikan
Untuk mengantisipasi hal tersebut terjadi, kemampuan soft skill seseorang sangatlah diperlukan. World Economic Forum (WEF) pada 2018 bahkan menyebutkan, setidaknya ada 10 kemampuan harus dikuasai manusia pada 5 tahun mendatang.
Beberapa di antaranya adalah pemikiran analitis, kreativitas, orisinalitas, inisiatif yang tinggi, pemecahan masalah yang kompleks, dan kecerdasan emosional.
Kemampuan-kemampuan tersebut tidaklah dimiliki mesin. Oleh karena itu, seorang pembuat furnitur dan desainer interior harus menguasai skil tersebut bila tidak ingin tergerus zaman.
Pendidikan yang berkualitas juga sangat berpengaruh dalam membentuk kualitas seseorang, utamanya pada jenjang perguruan tinggi.
Mengenai hal itu, salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia, Bina Nusantara (Binus) University memiliki strategi khusus agar lulusannya bisa bersaing secara global.
Marketing Director Binus Group Judi Arto menyebutkan, gaya belajar yang sesuai dengan zaman merupakan kunci utama untuk membuat mahasiswa terbiasa dengan sistem bekerja pada era revolusi industri 4.0.
"Untuk gaya belajar, mahasiswa bisa menggunakan metode blended learning. Metode ini tidak mengharuskan seseorang untuk mendapatkan informasi dari satu sumber saja, tapi mereka juga bisa memanfaatkan internet untuk menggali informasi lebih dalam," ujar Judi.
Selain itu, Binus juga turut mengembangkan berbagai pusat belajar untuk bisa dimanfaatkan mahasiswa.
"Salah satu contohnya adalah membentuk Apple Developer Academy yang bekerja sama dengan Apple, mengembangkan Artificial Intelligence Center, serta membangun coworking space untuk digunakan mahasiswa berkreativitas," tambah Judi.
Membuka jalan
Selain memberikan pendidikan berkualitas, Binus juga turut menghubungkan lulusannya dengan berbagai industri yang sesuai dengan program studi.
Misalnya, program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Bagi sebagian orang mungkin jurusan ini sudah tidak semenarik dahulu. Namun, dengan bantuan perguruan tinggi, minat mahasiswa untuk masuk ke jurusan ini tetap terjaga.
"Mahasiswa lulusan jurusan ini nantinya akan disalurkan langsung ke sekolah yang Binus miliki. Tak hanya PGSD saja, tapi semua lulusan Binus akan kami salurkan ke industrinya masing-masing. Dalam hal ini pihak industri juga terbantu," jelas Judi.
Judi pun memberi contoh jurusan lainnya, yakni desain interior dan DKV. Asal tahu saja, kedua jurusan tersebut banyak diminati oleh mahasiswa-mahasiswa baru.
Oleh karena itu, ke depannya peta persaingan pada lulusan jurusan ini pun menjadi semakin ketat. Apalagi, ditambah dengan hadirnya berbagai teknologi yang bisa kapan saja menggeser pekerjaan mereka.
Namun, Judi meyakini, dengan penerapan sistem pembelajaran yang sesuai zaman, Binus bisa mencetak lulusan-lulusan berkualitas dan bisa bersaing secara global.
"Kami percaya kalau lulusannya berkualitas, mahasiswa yang mendaftar pun makin banyak. Kalau makin banyak, seleksinya pun makin bersaing. Bila hal ini terjadi, lulusannya bisa makin bagus lagi," pungkas Judi.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/23/07580071/lulusan-desain-interior-masih-dibutuhkan-di-era-revolusi-industri-40