KOMPAS.com- Pembelajaran dengan model tradisional di mana "guru menerangkan dan siswa mencatat" kurang mendorong minat dan antusiasme siswa dalam belajar di ruang kelas. Metode ini kurang mendorong siswa dalam berpikir kritis dan kreatif.
Padahal tantangan pendidikan saat ini adalah bagaimana mampu melahirkan lulusan yang memiliki 4 kompetensi dasar yang dibutuhkan abad 21: kemampuan berpikir kritis, kreatif, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berkolaborasi/kerjasama.
Praktik baik inovasi pembelajaran di kelas dengan memerhatikan kepedulian terhadap lingkungan dilakukan sekolah mitra Tanoto Foundation di kabupaten Batang Hari, Jambi, dan Tanjab Timur yang terletak di provinsi Jambi.
Seperti disampaikan Saiful Bahri kepada Kompas.com melalui pesan singkat, berikut beberapa inovasi pembelajar yang dilakukan guru dan siswa di provinsi tersebut dengan menggunakan bahan bekas sebagai media pembelajaran dalam kelas:
1. Pemanfaatan popok bekas
Fasilitator daerah Tanoto Foundation dari SMPN 11 Batang Hari, Titien Suprihatien memanfaatkan popok bekas sebagai media tanam. Menurut Titien, kegiatan ini merupakan aplikasi materi pencemaran lingkungan kelas VII mata pelajaran IPA.
“Kita sering menemukan popok di tempat sampah atau di rumah bekas bayi, saya meminta peserta didik untuk membawa agar bisa digunakan menjadi media tanam,” ujarnya.
Menurutnya, gel terdapat di dalam popok bekas dapat menampung air, sehingga tanah yang disiram air tidak cepat kering. Dengan penggunaan gel dari popok bekas, dapat mengurangi intensitas penyiraman karena air tertampung gel sebelum dialirkan perlahan-lahan.
Sebelum digunakan, pihaknya menyarankan agar menggunakan sarung tangan dan masker, lalu bersihkan popok bekas, gunting dan keluarkan gelnya dan masukkan ke dalam ember.
Setelah ember ditutup rapat selama 7 hari, popok bekas siap digunakan untuk menanam tumbuhan, “Jangan lupa tambahkan media tanah sebagai nutrisi hidroponi,” jelas Titien.
Selain popok bekas, sekolah berkonsep go green ini juga memanfaatkan handuk bekas untuk membuat pot bunga, dan media ban bekas untuk menaruh tanaman.
2. Penelitian bekas bungkus jajanan
Di Tanjab Timur, guru SMPN 31, Ema Faorika memanfaatkan bekas bungkus jajanan atau snack untuk mengidentifikasi zat adiktif pada makanan dan minuman untuk mata pelajaran IPA kelas VIII semester I.
“Dengan belajar langsung mengidentifikasi zat adiktif pada makanan dan minuman, siswa akan lebih berhati-hati dalam memilih jajanan,” terang Ema.
Dalam pembelajarannya, Ema meminta anak membawa bekas jajanan, lalu di setiap kelompok dibagi menjadi 4 sampai 5 orang. Masing-masing kelompok bertugas mengamati isi kandungan pada bungkus jajanan tersebut.
Selanjutnya Ema mempersilahkan masing-masing kelompok untuk mengidentifikasi apakah bungkus bekas snack tersebut mengandung bahan adiktif atau tidak.
“Setelah itu, mereka mengolah data, lalu disandingkan dengan sumber mata pelajaran atau LK, apakah bahan-bahan tersebut mengandung zat adiktif atau tidak,” ujarnya.
Di akhir pembelajaran, Ema memberikan kesempatan setiap kelompok mempresentasikan hasil temuannya, “Pembelajaran ditutup dengan kesimpulan dari materi yang diajarkan,” jelasnya.
3. Pemanfaatan kertas bekas di kelas
Sebagai sekolah mitra Tanoto Foundation, SDN 131/IV Kota Jambi juga mengadakan pembelajaran dengan memanfaatkan kertas bekas tidak terpakai yang banyak ditemukan di ruang kantor.
“Banyak kertas tidak dipakai, lembar sebaliknya bisa digunakan untuk membuat post-it, menempel hasil karya anak, dan lainnya,” ujar Ibu Guru Nurfaidah.
Nur selalu menggunakan media-media yang ada di sekitar sekolah untuk menjadi media maupun alat pembelajaran. Selain memanfaatkan barang yang ada, juga mampu menekan biaya pengeluaran sekolah. “Yang pasti lebih irit bahkan gratis,” ungkapnya sambil tertawa.
Hal yang sama juga dilakukan SMPN 21 Batang Hari, di mana Rahmiyati, guru pengajar sekolah yang juga fasilitator daerah Tanoto Foundation mendorong siswa membuat pot bunga dari botol – botol bekas sebagai materi kerajinan siswa.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/24/18492051/inovasi-kelas-siswa-belajar-ipa-lewat-popok-dan-bungkus-bekas-jajanan