Salin Artikel

3 Mahasiswi Undip Ini Ubah Limbah Tulang Ayam Jadi “Edible Film”

JAKARTA, KOMPAS.com – Tiga mahasiswi Departemen Kimia FMIPA Universitas Diponegoro (Undip) mengolah limbah tulang ayam yang banyak ditemukan di kawasan sekitar kampus.

Penelitian yang dilakukan tiga mahasiswi ini diikutkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Tiga mahasiswi ini adalah Pipit Riyanti (angkatan 2017), Setiya Rahayu (angkatan 2017), dan Kharisma Madda Ellyana (angkatan 2016).

Sebagai ketua tim penelitian, Pipit menceritakan ide awal ia dan teman-temannya memanfaatkan limbah tulang ayam menjadi produk olahan yang berdaya guna seperti edible film atau plastik kemasan yang bisa dimakan.

“Jadi dulu sebelum buat proposal penelitiannya, kami ngobrol dulu mau bikin apa dan diputuskanlah pengen bikin edible film. Terus kami cari-cari komposisi edible film itu dari apa saja. Setelah tahu komposisinya, kami cari bahan-bahan yang mengandung itu,” jelas Pipit, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/7/2019).

“Nah, kalau di daerah sekitar kampus kan pasti banyak banget tempat makan yang nyediain ayam, terutama ayam geprek. Makanya kami kepikiran buat manfaatin limbah tulang ayamnya karena dia mengandung kolagen yang bisa kita manfaatkan untuk memperbaiki sifat edible film-nya,” lanjut dia.

Kolagen dari tulang ayam ini kemudian dikolaborasikan dengan antioksidan yang didapat dari penggunaan biji sorgum.

Campuran bahan alami ini dapat menghasilkan edible film yang kuat, tetapi elastis dan baik untuk melindungi bahan makanan yang dibungkusnya.

Karena sifatnya yang edible, plastik kemasan dari tulang ayam ini bisa dikonsumsi bersama produk yang dibungkusnya.

Dosen Pembimbing Penelitian Program Kreativitas Mahasiswa 2019 dari Departemen Kimia FSM Universitas Diponegoro, Nor Basid Adiwibawa Prasetya menyebutkan, produk temuan mahasiswanya ini sudah diujicobakan untuk membungkus jamu tradisional.

“Edible film ini mudah larut dalam air pada berbagai suhu sehingga pembungkus jamu tersebut tidak perlu disobek. Jamu sekaligus pembungkusnya tinggal dicelupkan bersama dalam air, diaduk, dan larut semuanya, sehingga tidak menghasilkan limbah pembungkus,” kata Nor Basid.

Meski belum melalui uji organoleptik, edible film yang terlarut itu diklaim tidak memengaruhi rasa dari jamu yang dibuat, karena memiliki rasa yang relatif tawar.

Selanjutnya, Pipit menjelaskan secara singkat bagaimana cara pengolahan limbah tulang ayam hingga menjadi plastik yang ramah lingkungan.

“Jadi tulang tersebut dipanaskan dulu biar proses pembersihannya mudah. Setelah itu tulang direndam menggunakan HCl, kemudian dinetralkan dengan NaOH dan dicuci dengan aquades,” kata Pipit.

“Setelah itu, tulang dioven sehingga didapatkan ossein tulang. Ossein tersebut ditumbuk. Serbuk ossein tersebut dipanaskan dengan aquades kemudian disaring, yang dipakai (edible film) itu filtratnya,” lanjut dia.

Hingga saat ini, hasil inovasi dari 3 mahasiswi ini masih dalam tahap uji coba hasil dan belum diimplementasikan secara massal.

Penelitian yang lolos mendapatkan pendanaan dari Kemenristekdikti diharapkan dapat diaplikasikan sehingga dapat andil mereduksi sampah plastik di lingkungan masyarakat.

“Kami berharap penelitian ini dapat diapliaksikan secara riil dan massal. Sehingga upaya untuk mereduksi sampah dapat berjalan efektif. Selain itu, kami juga berharap hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk aplikasi lain, tidak terbatas pada pengemas jamu,” kata Pipit.

Harapan yang sama juga disampaikan oleh dosen Nor Basid agar edible film dapat diaplikasikan di level yang lebih luas sehingga membantu permasalahan lingkungan terkait plastik.

“Harapannya produk edible film ini dapat diaplikasikan lebih luas sebagai pembungkus makanan yang dapat ikut dimakan dan bisa menggantikan plastik sintetis, dan sekaligus membantu mencegah pencemaran akibat limbah plastik sintetis,” ujar Nor Basid.

Menurut Nor Basid, sebelum penggunaan limbah tulang ayam, edible film biasa dibuat dengan bahan-bahan yang mengandung lipid (minyak nabati), karbohidrat atau selulosa (pati singkong, karaginan), dan protein (gelatin, tepung jagung, kacang).

https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/25/16191701/3-mahasiswi-undip-ini-ubah-limbah-tulang-ayam-jadi-edible-film

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke