KOMPAS.com - Media sosial dan game online. Dua hal ini nampaknya masih menjadi 'musuh besar' dalam penguatan minat baca dan kemampuan literasi remaja saat ini, termasuk di kalangan siswa SMA.
Hal ini tergambar dalam pengalaman beberapa siswa yang turut hadir dalam pembukaan "Festival Literasi Siswa (FLS) 2019" yang dibuka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) di Plaza Insani, Gedung Kemendikbud, Jakarta, hari ini (26/7/2019).
FLS 2019 digelar dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pameran, workshop, festival hingga lomba dan akan berlangsung 26-29 Juli 2019.
"Acara FLS ini sudah memasuki tahun ke-3. Gerakan Literasi ini merupakan cara untuk memotivasi agar gerakan literasi dapat berjalan dengan baik," ujar Didik Suhardi Sekjen Kemendikbud di awal sambutan.
Peluang dan tantangan teknologi
Bagas dan Rasyid siswa SMAN 24 Jakarta menceritakan tantangan minat baca justru banyak berasal dari kemajuan teknologi: internet.
"Menurut saya tantangan minat baca generasi kita dari kemajuan teknologi, dari HP. Banyak main game jadi ga terlalu suka baca," jelas Rasyid. Bagas menambahkan meski banyak pengetahuan juga bisa diperoleh lewat internet namun banyak siswa lebih tergoda untuk mencari hiburan di dunia online.
Hal senada disampaikan April dan Ajeng siswi kelas 11 SMAN 78 Jakarta. "Terasa banget godaannya untuk main game dan main medsos," ujar April.
Namun tidak dipungkiri, dunia online juga turut memberi dampak positif bagi para siswa untuk menunjang pembelajaran. "Ada banyak ilmu yang bisa diperoleh dari internet. Misal untuk merakit dan melakukan programming robot misalnya," jelas Bagas sambil memperlihatkan robot hasil rakitan yang dipamerkan di stand SMAN 24 Jakarta.
"Kita juga sering mencari materi-materi pembelajaran dari internet. Tidak jarang malah guru-guru untuk meminta kita mencari bahan-bahan tambahan dari internet dan tidak hanya mengandalkan buku cetak pegangan sehingga wawasannya bisa lebih luas," tambah April menceritakan pengalaman penggunaan teknologi dalam kelas di sekolahnya SMAN 78 Jakarta.
Seni dan narasi digital
Hal inilah yang kemudian mendorong Direktorat Pembinaan SMA (PSMA) dalam FLS 2019 mewadahi pengembangan literasi siswa SMA dalam ranah literasi digital.
Selain unjuk prestasi dalam mencipta karya seni seperti cerita pendek, syair, dan komik, Direktorat PSMA mewadahi pula lomba dan pengembangan kompetensi karya seni digital (meme, quotes, kinetic typography) dan narasi digital (vlog, komik web, instastory).
Selain tema besar “Mengembangkan Kemandirian dan Menumbuhkan Inovasi”, FLS tingkat SMA tahun 2019 mengangkat tema khusus “Indonesia Romantis”. Tema tersebut mengajak remaja mengungkapkan cinta dengan cara masing-masing kepada orangtua, guru, teman, sahabat, lingkungan sosial dan alam, bahkan Indonesia.
Memusatkan kegiatan di Bogor, Direktorat PSMA mengangkat 4 jenis lomba literasi meliputi: Lomba Cipta Cerpen: “Caraku Mengungkapkan Cinta” Lomba Cipta Syair +D: “Narasi Cinta untuk Negeri” Lomba Cipta Komik +D: “Warna Cinta Indonesia” Lomba Cipta Meme: “Seberapa Kuatkah Kamu Mencinta?”
Sebanyak 100 siswa dari berbagai provinsi Indonesia terpilih untuk berlomba dan mendapat pembekalan dari para maestro literasi dalam rangka penguatan literasi siswa. Mereka merupakan siswa terpilih dari 1.040 karya yang masuk sebelumnya.
Literasi tingkat tinggi
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyampaikan literasi perlu dipahami secara lebih luas tidak sekadar bisa membaca.
"Masyarakat kita termasuk yang gemar membaca, namun tidak berusaha untuk memahami dari makna membaca itu. Membaca tidak hanya membaca huruf namun juga harus mampu memahami dan menjelaskan hubungan sebab akibatnya," jelas Menteri Muhadjir.
Direktur PSMA Purwadi Santoso menyampaikan hal yang sama. Tantangan dalam penguatan literasi jenjang SMA tidak lagi soal kemampuan baca dan pemahaman saja.
"Tujuan lulusan SMA harus memiliki 3 kompetensi: pertama karakter yang kuat, kedua memiliki literasi tingkat tinggi lalu yang ketiga memiliki kompetensi akademis dan vokasi karena mereka akan melanjutkan ke pendidikan tinggi," tegas Direktur PSMA.
Purwadi juga mendorong ' literasi tingkat tinggi' dilakukan melalui perubahan model pembelajaran. "Siswa perlu dieksplor lewat pembelajaran project, problem solving, kolaborasi bagaimana mengomunikasikan ide atau kompetensi 4 C (kemampuan berpikir kreatif, kritis, komunikasi dan kolaborasi," tegas Purwadi.
"SMA memang kita dorong bukan hanya literasi baca tulis tapi juga literasi digital lewat karya-karya digital supaya mereka tidak gaptek (gagap teknologi). Ke depan anak-anak kita masuk era digitalisasi jadi perlu didorong ke arah digital. Mereka kreatif sekali dan kita mewadahi hal itu," tutupnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/26/23482241/medsos-dan-game-online-masih-jadi-musuh-besar-penguatan-literasi