KOMPAS.com - Teknologi informasi yang begitu luas membutuhkan kemampuan kita memilih dan memilah informasi membedakan mana informasi yang berguna mana yang sampah, mana yang fakta mana yang dusta.
Oleh karena itu, generasi milenial sekarang tantangannya jauh lebih besar dibandingkan dengan generasi generasi sebelumnya karena mungkin saja belum betul-betul tamat kemampuannya untuk literasi baca tulis sekarang harus lagi menghadapi tantangan literasi digital.
Tantangan literasi di era digital ini disampaikan Najwa Shihab di sela-sela acara Festival Literasi Siswa (FLS) 2019 yang diadakan Direktorat Pembinaan SMA (PSMA) di Bogor, Jawa Barat, 26-29 Juli 2019.
Sebanyak 100 siswa dari berbagai provinsi Indonesia terpilih untuk berlomba dan mendapat pembekalan dari para maestro literasi dalam rangka penguatan literasi siswa. Mereka merupakan siswa terpilih dari 1.040 karya yang masuk sebelumnya.
Jatuh cinta lagi pada membaca
Najwa menyampaikan seringkali banyak orang menyederhanakan arti dari literasi. "Kita harus memahami arti literasi bukan hanya sekadar membaca atau kemampuan menulis, literasi itu kan kemampuan menyerap informasi dan mengolah itu sehingga berguna untuk kehidupan," tegas Najwa.
Ia juga menyampaikan tantangan literasi biasanya bukan pada minat bacanya yang kurang melainkan akses terhadap bahan bacaannya yang yang terbatas, terutama di daerah-daerah pelosok yang sangat sulit dijangkau.
"Di sisi lain, kita harus mengakui sekarang makin lama makin susah membuat orang mau tertarik kembali membaca buku karena begitu banyak alasan. Salah satunya karena gadget," lanjutnya.
Najwa menambahkan, "Itu berarti harus dicari cara untuk membuat orang mau jatuh cinta lagi pada membaca dan cara paling mudah sekarang adalah terutama untuk generasi milenial berusaha mendekatkan membaca lewat hal-hal yang mereka memang lakoni sehari-hari lewat digital."
Hal inilah yang kemudian mendorong Direktorat Pembinaan SMA (PSMA) dalam FLS 2019 mewadahi pengembangan literasi siswa SMA dalam ranah literasi digital. Selain unjuk prestasi dalam mencipta karya seni seperti cerita pendek, syair, dan komik, Direktorat PSMA mewadahi pula lomba dan pengembangan kompetensi karya seni digital (meme, quotes, kinetic typography) dan narasi digital (vlog, komik web, instastory).
Selain tema besar “Mengembangkan Kemandirian dan Menumbuhkan Inovasi”, FLS tingkat SMA tahun 2019 mengangkat tema khusus “Indonesia Romantis”. Tema tersebut mengajak remaja mengungkapkan cinta dengan cara masing-masing kepada orangtua, guru, teman, sahabat, lingkungan sosial dan alam, bahkan Indonesia.
Memusatkan kegiatan di Bogor, Direktorat PSMA mengangkat 4 jenis lomba literasi meliputi: Lomba Cipta Cerpen: “Caraku Mengungkapkan Cinta” Lomba Cipta Syair +D: “Narasi Cinta untuk Negeri” Lomba Cipta Komik +D: “Warna Cinta Indonesia” Lomba Cipta Meme: “Seberapa Kuatkah Kamu Mencinta?”
Terkait acara FLS 2019 yang digelar Direktorat PSMA, Najwa memberikan apresiasi positif. "Menarik sekali mengumpulkan anak-anak muda dari seluruh Indonesia kesempatan buat mereka untuk saling kenal satu sama lain menautkan yang di barat dan di timur memperkuat literasi," kata Najwa.
"Mereka perlu terus dikasih pupuk supaya berkembang supaya terus bisa menyebarkan juga minat yang yang yang sama di daerahnya masing-masing dan mereka juga perlu terus diberikan kepercayaan diri bahwa menulis itu penting dan untuk bisa menulis yang bagus itu perlu banyak membaca," ujarnya.
Najwa melanjutkan, "Menyenangkan sekali bisa bertemu dengan 100 anak-anak pilihan yang punya kecintaan yang sama dan mudah-mudahan dari 100 itu bisa tumbuh seribu sejuta 100 juta sampai akhirnya seluruh kita bisa mencetak generasi yang betul-betul cinta literasi."
Menurutnya, bangsa Indonesia tidak akan jadi bangsa kelas teri jika dipenuhi kemampuan literasi. "Bangsa yang tingkat literasinya tinggi, akan jadi bangsa yang disegani di dunia," tegas Najwa.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/27/18002951/mendorong-generasi-milenial-jatuh-hati-lagi-pada-literasi-baca