Hal itu disampaikan oleh Co Founder HarukaEdu Novistiar Rustandi saat mengunjungi kantor Kompas.com, Rabu (31/7/2019).
“Kuliah kelas karyawan beda dengan reguler. Komitmen dibutuhkan karena orang yang sudah bekerja lalu berpikiran untuk kuliah, biasanya prioritasnya tetap pada pekerjaan,” ujarnya.
Novis menyebutkan, biasanya pendidikan ada pada prioritas kedua atau bahkan ketiga.
“Pendidikan bisa jadi prioritas setelah pekerjaan, atau bahkan malah keluarga dulu baru pendidikan,” tambahnya.
Di antara prioritas itu, kata Novis, orang yang memilih kuliah kelas karyawan harus mempertimbangkan dua hal penting.
Butuh komitmen besar
“Harus bisa disiplin, (harus) pandai manajemen waktu,” sambungnya. Dalam teknis kuliah kelas karyawan, dijelaskan oleh Novis, tak ada tatap muka dalam kelas. Sebagai gantinya, mahasiswa diberi akses pada sebuah platform untuk mengikuti kelas secara virtual atau online.
Waktu diberikan pun fleksibel. Dalam satu pertemuan mata kuliah, misalnya, mahasiswa punya rentang watu kurang lebih satu minggu untuk mengikutinya secara penuh.
Akan tetapi, karena kelonggaran itu, banyak orang justru abai pada hal itu. Biasanya, kata Novis, dalam satu bulan pertama sudah kelihatan mana orang yang benar-benar berkomitmen dan tidak.
Ia sendiri bisa menilai itu dari pantauannya pada HarukaEdu. Sebagai informasi, HarukaEdu merupakan portal pendidikan yang menyediakan beragam fasilitas pendidikan formal maupun informal secara online.
Ia menjelaskan lebih lanjut, orang-orang yang tak punya komitmen, akan tereliminasi sendiri pada tahap ini. “Dari sini kelihatan benar-benar cocok kah mereka masuk kelas karyawan?” ujarnya.
Terpapar informasi yang salah
Agar hal itu tak terjadi, Novis menganjurkan agar calon mahasiswa dapat mempertimbangkan dengan matang sebelum memilih masuk program itu.
Sayangnya, niat atau komitmen memang agak susah dibangun, utamanya pada lingkungan pendidikan Indonesia. Sebab, citra akan program kelas karyawan kadung dianggap sebagai program mudah.
“Image-nya program kelas (karyawan) itu mudah. Gampang untuk dapat ijazah. Jadi tidak perlu komitmen. Ini yang salah,” sambung Head of Marketing & Communications HarukaEdu Zaneti Sugiharti pada kesempatan sama.
Ia sendiri menyayangkan, banyak orang terpapar informasi salah akan hal itu. Nah, saat kuliah, orang-orang itu akan cenderung menggampangkan. Akhirnya, kuliah justru tak selesai sedangkan sudah ada uang yang mereka bayarkan.
“Jangan terjebak dengan image itu. Komitmen jadi tantangan bagi orang yang memilih kuliah kelas karyawan,” ucapnya.
Agar tak mengalami ha itu, Novis menambahkan, calon mahasiswa juga perlu mencari kampus yang tepat. Pilih kriteria kampus yang cocok dengan prioritas dan kebutuhan mereka.
“Pilih kampus yang tepat,” tambah Novis.
Orang yang sudah kerja lalu mau lanjut kuliah biasanya pikirannya ambil program tersebut untuk meningkatkan kemampuannya dalam dunia kerja atau untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Maka, carilah yang memang dapat memenuhi kebutuhan itu agar termotivasi.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/07/31/19583091/siapa-orang-yang-cocok-kuliah-kelas-karyawan