KOMPAS.com - Hari kemerdekaan bisa dirayakan dalam berbagai macam cara. Salah satunya menggerakan lebih jauh budaya baca yang sudah ada di sekolah. Hal ini dilakukan SDN 008 Muara Kaman, Kalimantan Timur.
Lebih dari 100 orang tua siswa, para pendidik di sekolah tersebut bergotong-royong membangun dua pondok baca, taman dan pagar sekolah.
“Bertepatan dengan hari kemerdekaan, sekolah kami menjadi tempat rapat kelompok kerja kepala sekolah. Untuk menyambut mereka dan hari kemerdekaan 17 Agustus ini, pada awal Agustus kemarin, kami mendirikan dua pondok baca bersama dengan orang tua siswa,” ujar Murniati, Kepala Sekolah, Sabtu, 17 Agustus 2019.
Uniknya pondok baca, taman dan pagar yang dibangun dibuat dari bahan yang murah yaitu dari ban mobil bekas. Bahan tersebut terutama untuk kursi dan mejanya, sedangkan atapnya dibuat dari daun palma.
Usaha swadaya
Semua bahan pembangunan pondok baca, taman dan pagar berasal dari orang tua siswa. Ban diambil dari dua bengkel yang ada di dekat sekolah milik orang tua siswa. Ban-ban itu gratis disumbangkan begitu saja oleh orang tua siswa.
Orangtua siswa yang lain menyumbang kayu, cat, semen dan lain-lain. Ada juga yang menyumbang uang secara sukarela. “Semua pengeluaran dan pemasukan akan kami laporkan secara terbuka kepada orang tua Siswa setelah kegiatan Agustusan hari ini,” ujar Murniati.
Lalu bagaimana cara agar orangtua siswa mau tergerak membantu sekolah. Murniati membagikan kiatnya.
“Saya sering berkomunikasi secara terbuka dengan komite tentang berbagai kebutuhan sekolah dan keterbatasan dana yang kami miliki. Setelah Pelatihan Program PINTAR Tanoto Foundation, sebagai bagian rencana tindak lanjut setelah pelatihan, saya juga berkonsultasi dengan komite untuk mendirikan pondok baca, taman dan pagar sekolah,” ujar Murniati.
Komite sangat sigap menanggapi usulan sekolah. Setelah diberitahu tentang keinginan membangun pondok baca, komite segera mengundang seluruh wali murid untuk rapat.
Akhirnya wali murid dari kelas satu sampai kelas enam sepakat untuk bergotong royong membangun bersama.
Pondok baca
Saat ini, para wali murid juga berkumpul menyambut hari 17 Agustusan dengan berbagai lomba, salah satunya lomba lari terompah dan tarik tambang.
“Ini kami lakukan agar hubungan kami dengan mereka semakin akrab. Hubungan yang akrab dengan mereka akan memudahkan membangkitkan peran serta masyarakat,” ujar Murniati.
Sebanyak 30 kepala sekolah yang ikut rapat K3S (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) juga dipersilahkan untuk melihat dan bertanya tentang pondok baca, taman dan pagar yang dibangun.
“Mereka banyak yang antusias bertanya tentang sumber dana membangun pondok baca ini. Karena murah, saya yakin mereka akan juga membangun pondok-pondok baca di sekolah masing-masing,”ujar Murniati bersemangat menyebarkan praktik baiknya.
Keperdulian komite dan orangtua siswa memang lumayan besar di sekolah ini. Ketua Komite, Teguh Wahyudi, bahkan secara sukarela menyumbangkan 50 benih kelapa sawit dan pupuknya untuk sekolah.
Peran masyarakat
Tanaman tersebut ditanam di tanah sekolah seluas 75 x 100 meter. “Hasilnya nanti untuk memenuhi berbagai kebutuhan sekolah yang tidak bisa hanya mengandalkan dana BOS, misalnya untuk tambahan gaji guru honorer,” ujar Murniati.
Bangkitnya peran serta masyarakat juga tak lepas dari peran pengawas sekolah Ponidi dan kepala UPT desa tersebut, Alpian.
Selama rapat dengan orangtua wali murid, Ponidi memberikan kesadaran terhadap orang ua siswa tentang pentingnya membaca bagi siswa sehingga masyarakat mau bergerak. Kepala UPT sering datang ke sekolah memberikan masukan-masukan.
“Jadi kami didukung oleh banyak pihak. Tanpa keterlibatan banyak pihak, sekolah tidak akan bisa banyak mengalami kemajuan seperti sekarang,” tutup Murniati.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/08/18/16245061/sdn-kaltim-ini-rayakan-hari-kemerdekaan-dengan-bangun-pondok-baca