KOMPAS.com - Kualitas hasil belajar siswa sangat bergantung pada kualitas proses pembelajaran yang kuncinya dimainkan guru. Untuk itu, guru diharapkan mampu memberikan 'roh' dalam pembelajaran di kelas.
Dalam pembelajaran mata pelajaran (mapel) di kelas, capaian keberhasilan siswa tidak hanya diukur dari nilai baik namun terlebih siswa mampu memperoleh capaian keterampilan dari setiap mapel.
Hal ini mengemuka dalam pelatihan 150 guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen LPTK Universitas Jambi dan UIN Sulthan Thaha Saifuddin dalam Modul II Program PINTAR (Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran) Tanoto Foundatiaon yang digelar 25-29 Agustus 2019.
Pelatihan bertujuan mempersiapkan fasilitator daerah untuk melatih kembali para guru, kepala sekolah dan pengawas di sekolah dan madrasah mitra di tiga Kabupaten, yaitu Tanjab Timur, Tanjab Barat dan Batang Hari dalam mengimplementasikan materi modul II.
“Kita memberikan keterampilan praktis kepada peserta dalam menerapkan pembelajaran yang menitikberatkan pada penyelidikan dan penemuan oleh siswa di kelas, kemudian mengembangkan budaya baca, dan manajamen sekolah yang mendukung keberhasilan pembelajaran,” kata Stuart Weston Direktur Program Pendidikan Dasar Tanoto Foundation.
Permainan "ADIKSIMBA"
Salah satu yang menarik adalah sejumlah guru dan dosen melakukan praktik mengajar dengan membawa ikan mas dan mujaer untuk pembelajaran siswa di SDN 47 Kota Jambi.
Mereka mengamati alat pernafasan ikan dengan mengalami langsung. Sehingga siswa mengetahui bentuk insang, jumlah lapisan insang dan warna insang dengan cara memotong kepala ikan dan membelahnya menjadi dua bagian.
“Siswa belajar langsung dengan ikan, kami sengaja bawa agar kontekstual, siswa mengamati langsung, kemudian menyampaikan dan menulis hasil pengamatan ikan tersebut,” ungkap Deni Sulistiowati Ningsih, guru asal SDN 61 Talang Babat Tanjab Timur.
Alat dan bahan yang digunakan adalah ikan hidup dan mati, pisau, sarung tangan plastik, dan toples besar berisi air untuk ikan hidup. “Sengaja kita bawa dua ikan, untuk pengamatan secara langsung,” ujar Issaura Sherly Pamela, dosen PGSD Universitas Jambi yang juga langsung praktik menjadi guru.
Selain mendapatkan materi IPA, dalam pembelajaran tersebut juga termuat muatan Bahasa Indonesia, tentang mengidentifikasi informasi yang terkait pertanyaan ADIKSIMBA (Apa, Dimana, Kapan, Siapa, Mengapa, Bagaimana) dilakukan dengan “bermain dadu pertanyaan” tentang ikan.
Perwakilan anggota kelompok melempar dadu untuk kelompok sebelah. Ketika siswa sudah dapat kata tanya dari dadu tersebut, maka siswa kelompok lainnya harus menjawab.
“Akhir kegiatan sebelum refleksi, setiap kelompok mempresenstasikan hasil diskusinya di depan kelas,” tambah Sherly.
Selain ikan, pada modul II ini juga sejumlah peserta memanfaatkan Big Book sebagai media membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran dan mempermudah siswa memahami isi bacaan di SDN 131 Kota Jambi.
Big book adalah buku besar, dengan memanfaatkan gambar dan tulisan yang serba besar. “Siswa jadi fokus dan semangat melihat big book, apalagi ditambah dengan tanya jawab antara guru dan siswa,”
Menurut Ibu Diana Indrawati, guru SDN 174/V Intan Jaya Tanjung Jabung Barat yang mengikuti pelatihan modul II ini mengatakan bahwa penggunaan big book ini sangat bagus untuk siswa kelas awal, “Dengan menyimak teks dongeng yang dibacakan, siswa menemukan pesan yang terdapat dalam dongeng yang didengar dengan tepat,” ungkap Diana.
Sebagai langkah awal, guru melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan seperti; Apakah anak-anak pernah membaca dongeng? Sudah berapa banyak buku yang kalian baca? Pertanyaan ini diajukan guru pada kegiatan refleksi agar dapat dijawab siswa secara lisan atau tulisan.
Setelah selesai pembelajaran ternyata penggabungan konsep "Mikir" (Mengalami, Komunikasi, Interaksi) dan Media "Big Book" sangat membantu guru dalam penyampaian materi pelajaran dan mempermudah siswa memahami isi dongeng, sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran ini.
Setelah selesai membacakan, guru mengajak siswa memahami isi dongeng dengan menggunakan dadu kata tanya, hal ini dilakukan dengan cara dadu dilempar dan setelah terpilih kata tanya pada dadu pertanyaan, siswa menjawab pertanyaan sesuai isi dongeng, dan begitu seterusnya hingga akhir halaman.
Selanjut siswa mendiskusikan pesan yang terdapat dalam isi dongeng. Kemudian setiap kelompok menuliskan hasil diskusinya. Perwakilan kelompok membacakan hasil diskusi didepan kelas, kelompok lain menanggapi begitu seterusnya hingga semua kelompok melaporkan hasil diskusinya.
Apresiasi hasil siswa
“Pelatihan ini menjadi penting bagi guru dan dosen karena pelatihan ini lebih berfokus pada pembahasan 'ruh' pembelajaran masing-masing mata pelajaran: Keterampilan dan proses apa yang mesti dikembangkan dalam masing-masing mata pelajaran tersebut," jelas Ujang Sukandi, Head of Teaching and Learning Tanoto Foundation.
Ia menambahkan, "Dengan 'ruh' dan pemodelan pembelajaran yang diikuti peserta, peserta diharapkan dapat merancang pembelajaran yang baik untuk topik-topik lain.”
Ujang berharap, setelah mengikuti pelatihan modul II ini, siswa akan mengalami pembelajaran yang memungkinkan mereka membangun sendiri gagasan mereka.
“Penyelidikan dan penemuan siswa hendaknya diapresiasi oleh guru, dan kalaupun hasilnya tidak seperti yang diharapkan, tidak perlu disalahkan, melainkan ditanya, apa kira-kira yang menyebabkan hasilnya seperti itu, tidak disalahkan,” jelasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/08/31/11564151/pembelajaran-kreatif-adiksimba-dan-buku-besar-guru-di-jambi