KOMPAS.com - Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) mengadakan Indonesia International Book Fair (IIBF) 2019 pada 4 sampai 8 September 2019 di Hall A Jakarta Convention Center, Jakarta.
Ada sejumlah kegiatan digelar dalam ajang ini mulai dari promosi, transaksi, diskusi, hingga interaksi di antara para penerbit, penulis, pustakawan, aktivis literasi, seni, budaya, pendidikan, dan pelaku industri kreatif lainnya.
Penulis novel trilogi Negeri 5 Menara, Ahmad Fuadi menyampaikan pameran buku semacam IIBF memberi arti tersendiri tidak hanya bagi para pembaca, tetapi juga untuk penulis buku. Ajang seperti ini dinilai semakin meningkat kelasnya, bukan hanya menjadi penjualan buku.
“IIBF ini naik ke level selanjutnya, bukan hanya penulis bertemu pembaca, bukan hanya berjualan buku. Tapi lebih dari itu, yaitu menjual hak cipta. Itu membuka pintu penulis Indonesia untuk menjelajah dunia,” ucap Ahmad Fuadi saat ditemui di Jakarta pada Senin (2/9/2019).
Gemari kegiatan membaca
Sebab, jika ada yang membeli hak cipta, kemudian buku itu akan diterjemahkan ke berbagai bahasa di negara-negara lain di penjuru dunia. Hal itu akan membuat nama penulis dan negara Indonesia juga semakin dikenal.
Masyarakat di belahan dunia lain juga akan jadi lebih mengetahui tentang kebudayaan kita lewat cerita yang disampaikan dalam tulisan-tulisan di buku tersebut. Hal lain mengenai pentingnya suatu pameran buku, imbuh Ahmad, yakni mengajak masyarakat agar lebih menggemari kegiatan membaca, terutama bagi generasi muda.
Selama ini anak muda lebih suka melihat tontonan dan mengikuti perkembangan di media sosial melalui ponsel, meskipun itu hanya berlangsung sebentar.
“Padahal, membaca adalah proses yang menurut saya akan berakar, bertahan lebih lama karena dia meresap ke alam bawah sadar kita lebih kuat. Dengan buku, orang akan bersemangat untuk membaca,” imbuh Ahmad.
Ikut mulai menulis
Satu hal lagi yang penting dari suatu pameran buku, bagi dia, adalah mengajak masyarakat untuk ikut mulai menulis. Peningkatan ini dinilai bagus karena industri penerbitan buku masih membutuhkan banyak penulis untuk menghasilkan buku-buku baru sesuai perkembangan zaman.
“Saya bersyukur kalau di acara talkshow masyarakat tanya bagamana caranya menulis. Ini bagus sekali buat masyarakat dan industri karena penerbit perlu penulis-penulis muda,” ungkapnya.
Dia pun mengharapkan ajang seperti IIBF 2019 bisa memberi inspirasi bagi anak-anak muda agar tidak hanya membaca buku, tetapi naik ke tingkat berikutnya menjadi penulis.
“Kita harus berperan dalam masa sekarang membuat orang juga menulis, mencintai, dan memproduksi, jadi bukan hanya menikmati,” kata Ahmad.
Biasanya dalam pameran buku internasional juga ada penghargaan kepada penulis. Hal itu juga memberi makna besar bagi penulis. Sebab, selain bisa menambah portofolio, penghargaan yang diperoleh itu bisa menaikkan lagi jumlah penjualan buku.
“Menurut saya, multiply effect-nya luar biasa,” tuturnya.
Transaksi mancanegara
IIBF 2019 menjadi ajang ke-39 sejak diadakan pertama kali pada 1980. Pada awalnya pameran ini menggunakan nama Indonesia Book Fair, lalu diubah menjadi Indonesia International Book Fair sejak 2014.
Ketua Umum Ikapi Rosidayati Rozalina mengatakan, ada beberapa hal baru dalam rangkaian IIBF 2019. Pertama, yaitu Indonesia Partnership Program (IPP) dan simposium internasional tentang pendidikan.
Tujuan diselenggarakannya IPP untuk membuat Indonesia menjadi sumber dan pusat pemasaran hak cipta terjemahan (copyright) di dunia internasional.
“Ini program untuk mendorong terjadinya transaksi antara penerbit Indonesia dengan penerbit mancanegara. Jadi IIBF tidak hanya konvensional menerbitkan dan menjual buku dari penerbit ke masyarakat, tapi juga jadi pusat transaksi hak cipta terjemahan dari penerbit lokal ke dunia internasional,” jelasnya.
Fasilitas IPP
Dalam program itu, pihaknya memberi insentif khusus kepada para pembeli hak cipta potensial dari luar negeri yang akan hadir dan melakukan transaksi di IIBF. Insentif itu berupa penyediaan paket Gold, Silver, dan Bronze untuk mendapat tiket dan meja sesuai kelas masing-masing untuk bertransaksi.
Ditargetkan sebanyak 45 penerbit akan mengikuti program tersebut, yang terdiri dari 15 penerbit untuk paket Gold, 15 penerbit untuk paket Silver, dan 15 penerbit untuk paket Bronze.
Ternyata dari hasil kurasi, tidak semua aplikasi yang memenuhi syarat, jadi total hanya 39 yang menanfaatkan fasilitas di IPP tersebut. Itulah salah satu kemajuan di IIBF,” imbuh Rosidayati.
Hal baru lainnya pada IIBF kali ini yaitu simposium yang mendapat dukungan dari Kemendikbud dan Bekraf. Simposium yang digelar pada 3 September 2019 itu membicarakan antara lain tentang konteks pendidikan, pengaruh teknologi terhadap pendidikan saat ini, dan hak cipta.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/04/18311341/novelis-ahmad-fuadi-sebut-pentingnya-pameran-buku-ini-alasannya