Tiga mahasiswa ITB Jurusan Teknik Elektro berhasil membuat alat yang digunakan mendeteksi kondisi aki mobil. Alat itu diberi nama CbDiag.
Ketiga mahasiswa itu adalah Bondan Ari Rahmawan, Charlie Tahar, dan M Salman Galileo. Alat tersebut dibuat sebagai bagian dari tugas akhir kuliah dan dipamerkan pada acara Electrical Engineering Days 2019, yaitu pameran tugas akhir mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ITB.
Tujuan utama diciptakannya alat itu untuk mencegah terjadinya aki soak secara tiba-tiba akibat ketidaktahuan pengendara tentang kondisi aki mobilnya.
“Alat ini juga dibuat karena banyak pengendara mobil saat ini cuma bisa tahu kondisi akinya kalau dibawa ke bengkel,” ujar Charlie, seperti dilansir situs resmi ITB, Senin (9/9/2019).
Tanpa harus ke bengkel
Dia menambahkan, faktor lain yang melatarbelakangi diciptakannya alat tersebut yaitu selama ini alat yang ada untuk mengecek kondisi aki hanya bisa memonitor tegangannya.
Hal itu tidak cukup untuk menguji kekuatan aki mobil apakah masih bisa dipakai atau tidak untuk menyalakan mesin mobil. Meski saat ini terdapat alat yang mampu menguji kemampuan arus dari aki mobil, tetapi alat itu dinilai berbahaya.
“Alat tersebut berbahaya karena menarik arus tinggi dan akan membuat aki yang hampir rusak menjadi rusak berdasarkan pengalaman tim kami. Penggunaan alat tersebut juga tidak mudah,” imbuhnya.
Charlie mengungkapkan, CbDiag mempunyai manfaat utama untuk pengendara mobil, yaitu pengendara bisa mengetahui sendiri kondisi aki mobilnya tanpa harus pergi ke bengkel.
Dengan begitu, pengendara mobil bisa menghemat waktu dan irit dari segi keuangan akibat aki soak mendadak ketika menggunakan mobilnya untuk berbagai kepentingan, misalnya bekerja dan perjalanan jauh.
Alat itu memiliki sejumlah fitur unggulan yang menjadi daya tarik utamanya, yaitu bisa digunakan untuk mendiagnosis aki mobil, mudah digunakan, bisa memberikan info tambahan seperti tegangan dan kapasitas aki, dan tidak rusak bila dipasang terbalik.
Keunggulan lainnya dapat menompan hingga 100 hasil terakhir, dapat disinkronkan dengan ponsel Android untuk notifikasi dan akses data diagnosis, serta mudah untuk dirawat karena hanya perlu disimpan di tempat kering dan tidak perlu mengganti baterai.
Ada tiga jenis indikator kondisi aki pada alat tersebut, yaitu Baik, Hati-hati, dan Buruk. Jika alat mengindikasikan Baik, maka aki bisa digunakan untuk menyalakan mesin mobil dalam waktu yang cukup lama.
Apabila indikasinya Hati-hati, akan memberikan pesan kepada pengendara untuk merencanakan penggantian aki dalam waktu dekat.
Kemudian, jika aki terindikasi Buruk, maka pengguna harus segera mengganti aki karena kemungkinan aki soak sangat tinggi ketika sudah terindikasi Buruk.
Portabel dan aman
Dalam membuat CbDiag, Charlie dan teman-teman menggunakan teknologi pengukuran hambatan dalam dari baterai. Baterai dimodelkan sebagai sumber tegangan dan hambatan dalam.
Hambatan dalam ini yang nantinya akan diukur dan menjadi acuan kondisi aki mobil karena pada proses menyalakan mesin mobil terdapat arus listrik yang sangat tinggi yang akan ditarik dari aki.
Selain itu, terdapat proses charge dan discharge pada aki yang nantinya menyebabkan efek sulfasi akibat adanya reaksi tidak sempurna. Hal itu mengakibatkan nilai hambatan dalam aki akan meningkat dan mengurangi kemampuan pengantaran arus pada aki.
“Kami mempertimbangkan bahwa alatnya harus bersifat portabel dan aman bagi pengguna. Akhirnya diputuskan bahwa metode ini yang digunakan,” ucap Charlie.
Dia dan kedua temannya mengharapkan alat tersebut bisa digunakan dan bermanfaat untuk kehidupan masyarakat. Mereka pun berencana mengembangkan CbDiag agar memiliki kemampuan prediksi waktu aki soak yang akan membantu para pengendara mobil.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/10/14062111/inovasi-mahasiswa-itb-kini-aki-soak-bisa-dideteksi-dini-lewat-android