KOMPAS.com – Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) terus mendukung pertumbuhan ekonomi dan daya saing Indonesia pada era revolusi industri melalui berbagai usaha.
Salah satu usahanya yaitu melakukan terobosan inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas industri dan memperbanyak perusahaan pemula berbasis teknologi.
Hilirisasi produk penelitian dan pengembangan serta hasil inovasi teknologi juga dilaksanakan untuk menghasilkan komersialisasi yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Untuk mewujudkan hal itu, Kemenristekdikti telah melaksanakan program untuk menumbuhkembangkan usaha rintisan berbasis teknologi sejak tahun 2015 yang bisa digunakan oleh dunia industri.
Kecintaan pada teknologi
Dalam lima tahun terakhir, Direktorat jenderal Penguatan Inovasi Kemenristekdikti mempunyai tiga program utama, yaitu calon perusahaan pemula berbasis teknologi (CPPBT), perusahaan pemula berbasis teknologi (PPBT), dan inovasi industri.
Hal itu dilakukan melalui pembinaan dan penumbuhan startup teknologi yang berasal dari perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, industri, serta masyarakat umum sebanyak 1.307 perusahaan yang terdiri dari 748 PPBT, 558 startup (CPPBT), dan 15 inovasi industri.
Untuk memperkenalkan dan menanamkan kecintaan teknologi dari berbagai perusahaan inovatif itu, Kemenristekdikti menyelenggarakan Inovasi Inovator Indonesia Expo (I3E) 2019.
Perhelatan yang bertajuk "Pameran Startup Teknologi dan Inovasi Industri Anak Negeri 2019" ini merupakan yang kelima kalinya sejak diadakan pada tahun 2015.
Acara itu akan digelar pada tanggal 3 sampai 6 Oktober 2019 di Hall B Jakarta Convention Center, Jakarta, dengan tema “Startup Teknologi dan Inovasi Industri Meningkatkan Daya Saing Bangsa”.
Gugah lahirnya inovasi baru
Menristekdikti Mohammad Nasir menuturkan, I3E bertujuan mempromosikan berbagai produk inovasi teknologi hasil karya anak Indonesia. Ia ingin agar inovasi itu benar-benar bermanfaat untuk masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan sektor industri.
“Ajang ini menggugah lahirnya inovasi-inovasi baru. Namanya inventor, innovator, and investor collaboration, jadi ada kolaborasi di antara mereka,” ujar Nasir dalam konferensi pers I3E 2019 di Jakarta, Selasa (10/9/2019).
Dia mengharapkan munculnya sejumlah investor yang tertarik melakukan kolaborasi melalui pertemuan yang diadakan pada acara business gathering atau match making meeting.
Dari sebanyak 1.307 startup dibina Kemenristekdikti dalam lima tahun terakhir sejak 2014 sampai 2019, pameran I3E 2019 akan menampilkan berbagai produk inovasi baru dari 396 startup teknologi pada tahun ini.
Mereka dinilai sudah mampu menghasilkan produk inovasi yang siap digunakan oleh masyarakat dan dunia industri.
Kejar kenaikan 10 persen
Namun, harus diakui ada juga startup tidak bisa berkembang karena berbagai penyebab, misalnya kekurangan dana dan kesibukan lain pemiliknya sehingga harus meninggalkan startup yang telah dibuatnya.
“Tidak semua startup menjadi industri, ternyata ada yang gagal. istilahnya belum sampai dewasa sudah mati duluan. Penyebabnya macam-macam, ada yang meninggalkan startup karena mendingan cari pekerjaan lain. Misalnya ternyata dia jadi PNS, nanti kalau sudah mapan baru terjun kembali. Ada kalanya dia dapat kontrak yang lain, jadi enggak fokus,” papar Nasir.
Dia menyebutkan, dari 558 calon startup (CPPBT) diharapkan 10 persen di antaranya mampu menjadi startup (PPBT). Apabila jumlah itu bisa tercapai, maka sangat terasa peningkatan yang terjadi. Hal itu mungkin saja dilakukan melalui pendampingan yang dilakukan Kemenristekdikti.
“Saya yakin jika dari 550-an itu ada kenaikan 10 persen, itu sudah hebat sekali. Biasanya hanya 5 persen, tapi saya targetkan 10 persen. Berarti jumlahnya 50 sampai 60 PPBT. Ini bisa dicapai karena Kemenristekdikti melakukan seleksi ketat dan pendampingan melalui konsultasi,” pungkasnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/12/07394711/kemenristekdikti-gelar-pameran-teknologi-dan-inovasi-anak-negeri