Salin Artikel

Digitalisasi Naskah Kuno, Filolog Perlu Terlibat Aktif

Laman tersebut, memudahkan masyarakat mengakses koleksi pustaka nusantara klasik yang berusia puluhan hingga ratusan tahun.

Ketua Umum Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manassa) Munawar Holil mengakui keberadaan laman membantu masyarakat yang membutuhkan akses naskah kuno.

“Dulu, orang yang ingin membaca naskah kuno mesti datang langsung ke Jakarta. Sekarang, sudah lebih mudah mengakses laman Khastara. Orang bisa membaca dari mana pun, tidak mesti datang ke Jakarta,” kata Munawar saat dihubungi, Selasa (17/9/2019) malam.

Namun demikian, Perpustakaan Nasional memang perlu melengkapi informasi terkait naskah lama yang menjadi koleksinya.

Pasalnya, bukan hanya masyarakat umum yang membutuhkan akses ke laman tersebut, melainkan juga peneliti bidang filologi.

Padahal, para peneliti membutuhkan informasi detail terkait kondisi fisik naskah, penulis atau penyalin naskah, maupun perkiraan waktu naskah kuno tersebut ditulis atau disalin.

Informasi lain yang juga dibutuhkan peneliti misalnya jenis kertas yang digunakan. Biasanya, ia menambahkan, kertas Eropa memiliki watermark khusus. Data-data rinci semacam itu, imbuh dia, perlu dilengkapi Perpustakaan Nasional.

“Belum semua naskah dilengkapi deskripsi fisik dan informasi lainnya terkait naskah seperti yang terdata dalam katalog naskah nusantara. Padahal, untuk peneliti informasi seperti itu sangat penting,” ujarnya.

Kompas (3/1/2019) melansir, ada 8.989 koleksi yang terdapat pada web Khastara. Koleksi tersebut dibagi dalam enam kategori yaitu naskah kuno, buku langka, peta, foto, gambar dan lukisan, majalah dan surat kabar langka dan sumber lainnya.

Adapun koleksi naskah kuno terdiri dari 837 judul, sementara itu koleksi buku langka ada 144 judul, 1.548 judul untuk peta, 5.716 judul untuk foto, gambar dan lukisan, 79 majalah dan surat kabar langka, serta 663 judul untuk sumber lainnya.

Sebagai informasi, data yang diunggah ke dalam situs tersebut merupakan koleksi Perpustakaan Nasional yang digitalisasi sejak 2012. Sayangnya, pada 2016 data-data digital tersebut mengalami gangguan sehingga sebagian besar koleksi digitalnya menghilang.

Kualitas data belum optimal

Kualitas foto sebagai data visual web Khastara pun masih perlu ditingkatkan. Ia pun membandingkan dengan data visual yang dimiliki laman eap.bl.uk yang memiliki resolusi tinggi, sehingga kualitas foto akan tetap baik meski diperbesar.

Sebagai informasi, British Library memiliki Endangered Archives Programme (EAP) untuk melestarikan naskah-naskah kuno, utamanya di Asia dan Afrika.

Lewat program EAP, British Library membiayai digitalisasi naskah-naskah di kawasan Asia dan Afrika, termasuk Indonesia.

Sejak 2006 hingga 2019, ia melanjutkan, ada 17 proyek digitalisasi naskah Indonesia yang mendapat bantuan program tersebut.

Salah satu naskah yang mendapat bantuan program adalah manukrip Pangeran Madrais yang menjadi koleksi Paseban Tri Panca Tunggal, Cigugur, Kuningan.

“Sejak jaman penjajahan Belanda, naskah itu memang tertutup untuk dunia luar. Barulah pada 2017, koleksi naskah yang merupakan warisan pendiri Sunda Wiwitan itu bisa dilakukan digitalisasi,” katanya.

Data naskah yang dipublikasikan eap.bl.uk juga dilengkapi dengan metadata yang ringkas, seperti jumlah halaman, jenis huruf, bahasa yang digunakan, serta waktu penulisan atau penyalinan naskah.

Munawar Holil menambahkan, metadata koleksi laman Khastara memang perlu diperbaiki secara bertahap.

“Harus ditinjau lagi, web Khastara ini ditujukan untuk siapa. Bila untuk masyarakat umum ya sudah baik, tetapi kalau untuk penelitian akademis bidang filologi, ini belum memadai. Harus ditambah dan dilengkapi data-datanya,” katanya.

Menurut dia, Perpustakaan Nasional juga bisa menyajikan informasi yang serupa dengan eap.bl.uk bila mengacu pada kajian akademis. Untuk itu, para ahli filologi memang dibutuhkan untuk melakukan pendataan.

“Saya yakin Perpusnas bisa juga menayangkan data semacam itu. Sehingga, nantinya para peneliti bisa menjadikan naskah-naskah pada laman Khastara sebagai rujukan informasi,” katanya.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/18/08080021/digitalisasi-naskah-kuno-filolog-perlu-terlibat-aktif

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke