Salin Artikel

Kompetisi Sains Madrasah, Membongkar Stigma "Sekolahan Kelas Dua"

KOMPAS.com - Sebanyak 550 siswa dari 34 provinsi di Indonesia akan berkompetisi di ajang Kompetisi Sains Madrasah (KSM) yang digelar di IAIN Manado, Sulawesi Utara, 16-21 September 2019.

Event yang telah menjadi agenda resmi Kementerian Agama (Kemenag) ini rutin digelar setiap tahun dan menjadi ajang paling bergengsi siswa madrasah baik negeri maupun swasta, dalam berbagai tingkatan untuk unjuk kemampuan bidang sians dan teknologi.

Siswa yang lolos dalam KSM tingkat nasional digelar merupakan hasil seleksi ketat dari KSM tingkat kabupaten dan provinsi yang telah digelar sebelumnya.

Lepas stigma madrasah 

"Kami memiliki program Madrasah Hebat Bermartabat, salah satu aksinya adalah kompetisi madrasah dalam bidang sains," jelas Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag, Kamaruddin Amin melalui rilis resmi yang diterima Kompas.com.

Lebih Kamaruddin menjelaskan ajang ini didisain untuk menancapkan budaya sains di kalangan madrasah. Dengan pengelolaan profesional ditambah dengan dukungan pemerintah yang memadai, saat ini madrasah sudah tidak lagi terbenam dalam stigma sekolahan kelas dua.

Olimpiade sains (KSM) ini bukan debut satu-satunya siswa madrasah dalam kancah kompetisi sains. Di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN) siswa madrasah juga telah banyak merebut penghargaan bergengsi, meskipun berhadapan langsung dengan sekolah-sekolah umum ternama.

Kembangkan potensi madrasah

Kontingen KSM terdiri dari tiga tingkatan yaitu Madrasah Ibtidaiyah (MI/SD), Madrasah Tsanawiyah (MTS/SLTP), dan Madrasah Aliyah (MA/SLTA) yang sudah menjalani seleksi ketat dari tingkat kabupaten dan provinsi.

Berbagai cabang yang dipertandingkan adalah Matematika Teritegrasi, Sains IPA Terintegrasi, IPS Terintegrasi, serta Biologi, Fisika, Kimia, Ekonomi dan Geografi Terintegrasi.

Direktur Kurikulum Sarana Prasarana Kesiswaan dan Kelembagaan (KSKK) Madrasah, Ahmad Umar mengatakan ajang ini diarahkan untuk mengembangkan potensi madrasah dalam bidang saintek.

"Kompetisi yang fair dan obyektif dapat menyemai bibit unggul dan menumbuhkan suasana persaingan yang dinamis," katanya.

Ubah peradaban dunia

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini harus direspon oleh madrasah agar terintegrasi sains dan Islam secara harmonis.

"Acara semacam ini pada akhirnya akan menghasilkan output siswa pintar berahlakul karimah yang berguna untuk bangsa ke depan," imbuhnya.

Selain kompetisi sains, akan digelar pula "Madrasah Young Researcher Camp" yang mempresentasikan dan menggelar pameran hasil riset dalam bidang sains, sosial dan ilmu keagamaan anak madrasah se Indonesia.

Sebanyak 1018 proposal telah diterima dan 54 judul penelitian terpilih akan mengikuti expo madrasah tiset. Penemuan mereka yang beragam dari berbagai bidang merupakan embrio sebuah karya besar yang diharapkan dapat mengubah peradaban dunia.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/18/16555221/kompetisi-sains-madrasah-membongkar-stigma-sekolahan-kelas-dua

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke