KOMPAS.com - Industri kedokteran gigi sedang mengalami perkembangan pesat. Sampai saat ini setidaknya terdapat kurang lebih 33 ribu dokter gigi, termasuk spesialisnya dan setiap tahun terdapat setidaknya 2.500 lulusan baru.
Hal ini tergambar dalam gelaran IDEC (Indonesia Dental Exhibition and Conference) 2019 yang berlangsung di JCC, Jakarta, 13-15 September 2019.
Melalui rilis resmi, Ketua IDEC 2019, drg Diono Susilo menyampaikan kehadiran IDEC merupakan salah satu upaya komprehensif untuk mendorong kesiapan industri dan pendidikan kedokteran gigi Indonesia menghadapi Revolusi Industri 4.0.
“Kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang prima tentunya harus didukung dengan teknologi dental mutakhir dan peningkatan kualitas dokter gigi. Inilah yang menjadi fokus utama PB PDGI untuk mendorong implementasi revolusi industri 4.0 di bidang kedokteran gigi salah satunya melalui IDEC 2019,” ungkap drg Hananto Ketua PB PDGI.
Ia juga menyampaikan, "Kemampuan industri dalam negeri kita baru memenuhi kebutuhan kedokteran gigi tidak sampai 10 persen. Selebihnya sebesar 90 persen kebutuhan dokter gigi Indonesia masih mengimpor."
Memasuki era industri 4.0
Dalam sambutan pembukaan IDEC (13/9/2019), Sekjen Kemenkes RI Oscar Primadi menekankan industri di Indonesia harus sudah melakukan perubahan jika tidak ingin tertinggal.
Era industri 4.0, menurut Oscar Primadi menekankan pada efisiensi pada setiap tahapan yang tidak hanya semata berpatokan pada nilai profit, tetapi juga nilai tambah produk dengan kualitas yang lebih baik.
Lebih lanjut Oskar mengatakan, pembangunan kesehatan adalah salah satu investasi utama dalam SDM Indonesia yang telah diprogramkan Presiden Jokowi “SDM Unggul, Indonesia Maju”, diperlukan upaya-upaya yang lebih terarah.
Ada 3 pilar melandasi yaitu (1) Paradigma Sehat, (2) Pembangunan dan (3) Jaminan Kesehatan. “Untuk mewujudkan pilar tersebut, tenaga kesehatan kita harus mampu menguasai teknologi di era 4.0,” tandas Oscar.
Lebih jauh ia menyampaikan dibutuhkan 4 faktor penggerak utama untuk kebutuhan dalam industri 4.0 mencakup:
1. Peningkatan volume data, daya komputasi dan konektivitas
2. Kemampuan analitis dan bisnis intelijen
3. Bentuk baru dari interaksi human-machine, seperti touch interface dan sistem augmented-reality serta
4. Pengembangan transfer instruksi digital ke dalam bentuk fisik, seperti robotik dan cetak 3D.
Jika dilihat dari daya saing global, posisi Indonesia sesuai dengan data yang diperoleh dari Global Competitiveness Report tahun 2016-2017, menempati urutan ke-41 dari total 138 negara di dunia.
Untuk itu, pemerintah Indonesia terus berupaya menaikkan posisi daya saing Indonesia ke posisi ke-39 dengan cara mendorong para pelaku industri untuk melakukan inovasi di era industri 4.0.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), perusahaan alat kesehatan gigi asal Jerman, Kavo Kerr menjalin kerjasama dengan Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama).
Kerjasama tersebut tertuang dalam nota kesepahaman yang berisi antara lain suplai unit Dental Simulator DSE Compact 5195 untuk FKG Moestopo. "Kerjasama ini berkomitmen untuk memajukan dan meningkatkan standard pendidikan kedokteran gigi di Indonesia," ujar Country Manager, Dental Platform, Kavo Kerr group Nurul Intan K Sari, dalam keterangan tertulis Sabtu (14/9/2019).
Selain pengadaan alat Kavo-Kerr group juga memberikan pelayanan servis dan pendidikan berkelanjutan, sehingga mahasiswa mendapat kuliah khusus dari Kavo Kerr didampingi dosen mahasiswa FKG Moestopo.
"Transfer knowledge langsung mahasiswa didampingi dosen. Targetnya 180 mahasiswa terstandarisasi saat ini," ujar Nurul.
Sementara itu dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Moestopo, Budi Harto menyebut perkembangan teknologi perguruan tinggi sangat cepat. Karena itu FKG Moestopo, kata Budi Harto, ingin menyesuaikan kebutuhan mahasiswa dengan teknologi yang ada saat ini.
"Kerjasama ini (dengan Kavo Kerr) tujuan supaya jangan sampai ketinggalan perguruan tinggi lain," ungkap Budi Harto. "Memulai itu tujuan untuk proses pembelajaran mahasiswa, masuk ke klinik tidak canggung lagi," kata Budi Harto.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/22/16214641/era-revolusi-40-kedokteran-gigi-perlu-kuasai-4-kompetensi-teknologi