Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Andy F Noya: Menyalakan Kembali "Lentera Jiwa" Anak-Anak Kita...

KOMPAS.com - Andy F Noya, wartawan dan presenter TV, menyampaikan banyaknya orang pandai namun menggunakan kepandaiannya untuk hal negatif sejak kecil abai untuk diajak untuk menghargai apa yang di sekitarnya.

"Ini yang terjadi pada generasi tua, generasi kami. Banyak orang pandai tapi menggunakan untuk hal-hal negatif. Kita banyak lihat orang sudah kaya masih korupsi. Orang merasa lebih penting dari orang lain sehingga ia mengabaikan kepentingan orang lain," ujar Andy saat hadir di tengah-tengah siswa Global Sevilla School Puri Indah, Jakarta (21/9/2019) mempraktekan langsung konsep mindfulness.

Andy Noya bersama beberapa siswa Global Sevilla mempraktikkan langsung mindful listening, duduk dalam hening dan fokus mendengarkan apapun yang ada di sekitarnya. Mendengarkan alam adalah kegiatan yang sangat jarang sekali dilakukan karena terlalu sibuk dengan kegiatan harian.

Menyadari dan memaknai kehidupan

"Anak-anak diajarkan sejak dini, sejak usia muda untuk memahami apa yang terjadi disekitar. Menghargai apa yang ada di sekitar dia. Kalau tidak anak-anak hanya fokus satu hal yaitu materi," ujar Andy.

Lebih jauh Andy menyampaikan, "Anak-anak kecil ini melalui mindfulness ini sebenarnya sudah diajarkan tentang makna hidup. Bagian hulu ini penting, di mana anak sudah diajarkan untuk menghargai alam, menghargai kehidupan dan menghargai orang lain."

Menurutnya hal ini penting karena saat ini konflik mudah pecah di berbagai belahan negara, apalagi bila berkaitan dengan agama atau suku.

"Mindfulness ini saya lihat tadi juga mengajarkan perbedaan, kemudian dalam setiap langkah harus dimaknai. Apa yang didengar, dirasakan, apa yang menjadi perhatian. Ini kan semacam kontemplasi. orang diajarkan memahami bagaimana memaknai. Jadi tidak sekadar hidup, tetapi memaknai hidup. Menurut saya keren banget. Penting diajarkan sejak dini," jelas Andy.

“Di Global Sevilla School kami mengajarkan mindfulness sebagai dasar pembentukan karakter siswa. Bukan hanya siswa, tapi tentu saja para guru, staff bahkan management. Kami sekolah pertama di Indonesia yang menerapkan mindfulness practices secara terstruktur, sistematis dan terintegrasi dengan proses belajar mengajar," Michael Thia, Superintendent Global Sevilla School.

Menurut Michael, "Anak anak bisa menjadi tenang, menjadi lebih fokus dan dapat saling menghargai satu sama lain. Mindfiulness practices juga meningkatkan memori mereka.”  

Mindfulness practices, tambahnya, perlu diajarkan kepada anak secara terstruktur dan reguler karena manfaatnya sangat besar untuk melindungi dari "polusi pikiran". 

Penerapan mindfulness di Global Sevilla School telah dimulai sejak awal tahun 2016, dan mempergunakan mindfulness sebagai dasar pembentukan karakter siswa. "Sesungguhnya yang dilakukan adalah mind management. Siswa akan lebih meningkat pengendalian dirinya. Selain itu latihan tersebut juga akan memperbaiki kinerja akademis para siswa, dan juga mengajarkan kepedulian terhadap sesama serta menghargai lingkungannya," jelas Michael.

Tidak hanya mindful listening, Andy Noya juga berkesempatan menyaksikan langsung ragam kegiatan mindfulness yang dilakukan siswa seperti mindful movement dan mindful seeing lewat ragam permainan.

"Saya senang berada di antara anak-anak, pelajar dan mahasiswa untuk mengingatkan kembali; apa yang akan kamu lakukan di kehidupannya di masa datang. Banyak anak tidak tahu atau belum tahu apa yang sesungguhnya mereka inginkan dalam hidupnya," ujar Andy.

Selain kepada siswa, Andy juga menyampaikan pesan kepada para guru dan orangtua.

"Kepada guru-guru saya mengingatkan, segera temukan apa yang menjadi passion, apa yang menjadi 'lentera jiwa' murid-murid anda. Karena banyak anak-anak yang sejak dini sudah ketahuan memiliki sesuatu yang sangat istimiwa. Namun orangtua abai sehingga orangtua mengarahkan ke sesuatu hal yang justru membuat anak tidak bahagia," ujar Andy.

Andy memberikan gambaran, kalau anak suka musik mungkin orangtua beranggapan musik tidak dapat menopang hidup secara ekonomi sehingga diarahkan menjadi lawyer, misalnya sehingga anak tidak menjadi bahagia. 

"Kalau anak diarahkan sesuai dengan lentera jiwanya, bakatnya, passion-nya, maka diharapkan anak-anak ini dapat tumbuh berkembang dan yang penting, bahagia," ujarnya,

Andy kembali menegaskan, "Dengan apa yang menjadi lentera hidupnya, anak dapat berprestasi di bidang yang dia sukai. Kalau kita suka pada sesuatu kita akan bekerja lebih dari orang lain." 

Andy menyampaikan, "Kita menciptakan generasi tidak bahagia kalau kita memaksakan. Dengan mindfulness ini saya berharap muncul apa yang menjadi minat anak-anak lewat tulisan atau permainan. Dari situ bukan hanya bakat, tapi juga akan tapi juga menghargai arti kehidupan."

"Dengan mindfulness ada ketenangan, ada kontemplasi, ada yang bisa disampaikan dari hati, bukan karena dipaksa. Dari situ kita harapkan, dapat melahirkan generasi-generasi yang bahagia..," harap Andy.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/22/21325841/andy-f-noya-menyalakan-kembali-lentera-jiwa-anak-anak-kita

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke