KOMPAS.com - Siswa Indonesia kembali unjuk kebolehan di kancah internasional. Tidak tanggung-tanggung, penghargaan diraih dalam bidang sangat terkait dengan era Industri 4.0: robotik.
Siswa SMP Pribadi Bandung, Muhammad Dihya Aby Abdi Manaf meraih penghargaan "Best Team Work for Intelligent Robotic" dalam ajang "The Third Belt and Road Teenager Maker Camp & Teacher Workshop", yang diselenggarakan tanggal 24–30 September 2019 di Nanning of Guangxi Zhuang Autonomous Region, China.
Kegiatan ini diadakan oleh Kementerian Sains dan Teknologi (The Ministry of Science and Technology) People’s Republic of China (MOST), China Association for Science & Technology (CAST), Pemerintah Daerah Guangxi Zhuang Autonomous Region, serta Children & Youth Science Centre (CYSC).
Kegiatan bertujuan memperkuat pertukaran antar-budaya dan mempromosikan pemahaman internasional, serta menginspirasi inovasi generasi muda di seluruh dunia.
Ungguli 140 peserta dunia
Dalam ajang bergengsi ini, Dihya dan kawan-kawan wakil Indonesia meraih penghargaan setelah mengungguli lebih dari 140 peserta dari seluruh dunia.
Peserta berasal dari siswa tingkat SMP (usia 13 – 15 tahun) dari seluruh dunia yang dipilih masing-masing negara berdasarkan track record di ajang Olimpiade Sains Nasional (OSN). Dihya terpilih mewakili Indonesia atas prestasi rekam jejaknya di OSN dua tahun terakhir, terutama saat tampil sebagai finalis OSN di Yogyakarta, awal Juli 2019.
Di event tahunan ini, setiap tim dari berbagai negara, mengikuti berbagai aktivitas ilmiah, di antaranya: science show, diskusi tematik, orientasi, dan project.
Tidak hanya mendapat penghargaan, Dihya dan kawan-kawan satu tim Indonesia juga mendapatkan apresiasi istimewa saat menampilkan Tari Saman di acara penutup.
“Raihan ini membuktikan bahwa generasi muda kita penuh dengan talenta yang berpotensi besar untuk memanggakan nama harum Indonesia di kancah dunia. Ini sejalan dengan visi misi kami untuk mencetak generasi berprestasi dan berbudi mulia,” ujar Kepala SMP Pribadi Bandung, Muhammad Budiawan mengomentari raihan ini.
“Awalnya sempat hopeless karena pada saat bertemu dengan perwakilan dari negara Rumania, merakit robotnya kurang fixed, jadi sempat copot bagian tertentu pada saat battle," Ibni, sapaan akrab Dihya mengisahkan.
Ia menambahkan, "Beruntung tim saling mendukung dan tidak saling menyalahkan.”
Pada bagian ini, Dihya berperan sebagai programmer robot. Semua proses berjalan lancar, meski dalam persiapannya, laptop Dihya sempat rusak karena dipakai selama empat hari secara terus-menerus dalam menyelesaikan project-nya.
Sekolah Pribadi Bandung sendiri memberikan perhatian khusus pada bidang terkait sains dan teknologi dalam pembelajaran siswa. Di antaranya dengan memberikan pilihan eskul robotik di tahun lalu, dan tahun ini hadir dengan coding atau pemrograman.
"Teknologi menjadi sebuah keniscayaan di zaman ini dan kedepan. Selain teknologi mampu menghadirkan kemudahan dalam menunjang kebutuhan hidup manusia, juga memberikan kerugian bagi pemakainya jika hanya berperan menjadi objek teknologi," jelas Rahmat Hidayat Kepala Sekolah SMA Pribadi Bandung.
Untuk itu, tambahnya, Pribadi School Bandung berupaya agar siswa mampu menguasai konsep dasar teknologi dan siswa didorong agar mampu bersikap dengan menempatkan diri sebagai subyek teknologi.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/09/30/18444711/demo-robotik-siswa-indonesia-raih-penghargaan-internasional-di-china