Hal itu bisa dilihat dari setiap kampus yang memiliki prodi ilmu komunikasi bisa terus berjalan hingga saat ini, bahkan perkembangannya terasa semakin banyak di perguruan tinggi swasta di Indonesia.
“Itu bisa terjadi karena seksinya ilmu komunikasi, juga karena kebutuhan tenaga pengajar,“ ucap Sulhan seusai pelantikan pengurus pusat Aspikom periode 2019-2022 di kampus Universitas Budi Luhur (UBL), Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Meningkat pesat
Dia mengungkapkan, sekarang ini ada lebih kurang 340 prodi ilmu komunikasi yang terdaftar secara resmi di seluruh Indonesia, baik di perguruan tingg negeri maupun swasta.
Belum lagi ditambah prodi yang sama tetapi belum terdaftar, jumlahnya bisa lebih banyak lagi. Diprediksi angka totalnya mendekati 400 prodi ilmu komunikasi.
“Jika rata-rata satu prodi komunikasi jumlahnya 100-300 mahasiswa per angkatan, bahkan ada yang sampai 600 mahasiswa, bisa dibayangkan perkembangannya setiap tahun,” imbuhnya.
Mengenai ketatnya persaingan, Sulhan yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Komunikasi Universitas Gadjah Mada (UGM) memberi contoh, kampus UGM hanya menerima 75 mahasiswa jenjang S1 baru prodi ilmu komunikasi setiap tahun, padahal peminat yang mendaftar jumlahnya mencapai 15.000 orang.
“Jadi 15.000 anak itulah yang tersebar ke kampus swasta lain di Yogyakarta. Bisa dikatakan animo masyarakat masuk komunikasi naik dengan pesat 100-200 persen setiap tahun. Itu kelihatan dari jumlah mahasiswa yang daftar,” ungkapnya.
Studi lanjutan
Menurut dia, begitu besarnya minat mahasiswa mempelajari ilmu komunikasi membuat banyak kesempatan yang terbuka sebagai kelanjutan dari studi jenjang S1 ke jenjang S2 dan S3.
“Terbukanya peluang-peluang itu membuka program-program lanjutan, misalnya kuliah magister dan doktor. Jadi ilmu komunikasi semakin kuat karena dari sisi peminatnya meningkat mulai dari S1 sampai S3,” imbuh Sulhan.
Sementara itu, Plt Rektor UBL Wendi Usino menuturkan bahwa ilmu komunikasi berhubungan erat dengan dunia teknologi dan informasi (TI). UBL sebagai pionir pendidikan formal TI di Indonesia mendukung dan merasakan manfaatnya.
“Dengan tantangan profesi-profesi baru, sinergi bidang ilmu akan sangat besar manfaatnya bagi masyarakat. Misalnya ada journalism by artificial intelligence, suatu berita dikumpulkan bahannya dari big data dan diolah jadi berita yang berguna,” ujar Wendi.
Dia mengharapkan kolaborasi itu bisa ditonjolkan dalam pengembangan ilmu komunikasi sehingga berpengaruh positif dalam literasi digital dan literasi teknologi agar karya-karya jurnalisme benar-benar bermanfaat bagi masyarakat di Indonesia.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/10/01/19434201/seksi-prodi-komunikasi-peminat-naik-200-persen-per-tahun-kenapa