KOMPAS.com - Pembelajaran mata pelajaran (mapel) IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) identik dengan kesan serius. Seolah belajar kelas IPA, siswa dituntut untuk serius membaca, menghafal atau menghitung rumus.
Namun suasana berbeda justru terjadi saat pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Balikpapan, Kalimantan Timur. Siswa kelas empat MIN ini justru terlihat antusias, gembira dan senang belajar IPA di kelas yang diampu oleh guru mereka, Wiwik Kustinaningsih.
Wiwik tengah mempraktikan konsep pembelajaran "MIKIR" yang ia peroleh melalui pelatihan Tanoto Foundation melalui Program Pintar.
Melalui konsep "MIKIR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi) siswa didorong membangun gagasannya sendiri, berpikir kreatif, dan berpikir alternatif untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran berbasis konsep MIKiR ini, siswa difasilitasi melakukan kegiatan atau mengamati saat pembelajaran berlangsung. Inilah yang dilakukan Wiwik saat mengajak siswnya melakukan eksperimen membuat senter dalam salah satu pembahasan mapel IPA.
Orangtua sempat ragu
Praktik ini Wiwik lakukan untuk pembelajaran mapel IPA kelas empat tema dua yakni tema perubahan energi kimia menjadi energi cahaya.
Belajar tentang perubahan sumber energi menjadi sangat menarik bagi siswa karena bukan hanya teori dan sekadar membaca yang dipelajari, tapi siswa diajak praktik secara langsung membuktikan perubaham energi dari baterai menjadi energi cahaya.
Awalnya orangtua pun sempat ragu apakah anak-anak bisa membuat senter sederhana di kelas. Banyak orangtua justru membawakan senter yang "hampir jadi" dari rumah.
Namun, bukan itu yang diharapkan Wiwik. Wiwik akhirnya mengulang kembali dan mengajak siswanya membuat dan merakit dari awal senter sederhana sederhana tersebut.
Untuk tahapan, pertama Wiwik mengajak siswa membaca bacaan tentang sumber enegi dan perubahan. Selanjutnya Wiwik membagikan lembar kerja siswa.
Siswa secara berpasangan mengerjakan lembar kerja yang telah diterima. Siswa menyiapkan alat dan bahannya yang dibawa dari rumah antara lain: bohlam senter, kabel, dua buah baterai, kertas tebal atau kardus bekas susu, selotip dan gunting.
Dan para siswa mulai bereksperimen
Selanjutnya secara berpasangan siswa saling berdiskusi merakit senter sederhana.
Wiwik memberikan contoh mengupas kedua ujung kabel sehingga kawatnya terlihat, dan siswapun secara berpasangan mengikuti sesuai contoh yang telah Wiwik buat. Wiwik memastikan apakah para siswa telah berhasil pada tahapan ini.
Kemudian langkah selanjutnya merekatkan kabel ke ujung negatif (-) salah satu baterai menggunakan selotip. Siswa memastikan kembali kabel ketat dan tidak bergeser.
Wiwik berkeling kelas melihat hasil kerja anak-anak, dari tahapan ini ada juga siswa yang belum selesai. Di sinilah Wiwik berperan untuk membantu mereka.
Selanjutnya menutup bagian bawah gulungan kardus dengan kardus kecil berbentuk lingkaran. Kemudian merekatkan penutup dengan baik dan kencang sehingga benar- benar tertutup.
Selanjutnya masukkan baterai dengan ujung kabel terlebih dahulu ke dalam gulungan kardus. Meskipun ujung kabel mengahadap ke bagian bawah gulungan direkatkan, ujung kabel harus mencuat dari ujung yang terbuka.
Kemudian masukkan baterai berikutnya, sisi negatif terlebih dahulu. Sisi negatifnya akan bertemu dengan sisi positif baterai di dalam. Hubungan ini akan mengalirkan listrik dari belakang ke depan, sehingga senter menjadi berfungsi.
Kemudian rekatkan bohlam ke atas baterai,sentuh bagian perak bohlam dengan kabel.
Selanjutnya Wiwik menanyakan apakah lampu senter menyala?
“Iya Bu, lampu saya menyala,” jawab Nilna.
"Punya saya belum nyala bu?” kata Razif penasaran. Akhirnya Wiwik turut memeriksa senter yang telah dibuat Razif. Ternyata kurang rekat kabel yang dihubungkan.
“Selanjutnya anak-anak, lepaskan ujung kabel yang tidak ada lampunya dari baterai. Apakah lampu masih menyala?” tanya Wiwik
Secara serentak anak-anak menjawab dengan antusias, “Tidaaaakkkk”
Luar biasa.. Senang sekali melihat ekspresi siswa saat melihat senter sederhana buatan mereka berhasil menyala.
Selanjutnya anak-anak menjawab lembar kerja yang sudah diberikan, dan melaporkan hasil kerjanya di depan kelas. Kelompok lain diijinkan menanggapi hasil kerja yang dibacakan.
Selanjutnya Wiwik bersama siswa menyimpulkan apa yang telah dipelajari hari ini dan mengungkapkan perasaannya.
Wiwik menunjuk salah satu siswa untuk mengungkapkan perasaannya. “Saya senang sekali bisa membuat senter sendiri, nanti kalau listrik padam aku bisa buat senter sendiri” kata Depri.
Terpancar wajah bahagia dari anak-anak pesisir karena telah berhasil membuat senter sederhana dan berani tampil di depan membacakan hasil diskusinya.
Wiwik berharap siswa mendapatkan haknya dalam pendidikan. Bukan hanya teori yang didapatkannya tapi juga pengalaman yang bisa diterapkan dalam masyarakat yang akan dikenang nantinya hingga mereka dewasa.
Kini, "cahaya" di tangan anak pesisir Balikpapan turut menyala dengan terang...
https://edukasi.kompas.com/read/2019/10/04/21161271/bermain-cahaya-cara-asik-madrasah-ibtidaiyah-balikpapan-belajar-ipa