KOMPAS.com - Universitas Terbuka menjadi tuan rumah penyelenggaraan International Conference in Innovation on Education and Pedagogy (ICIEP) yang digelar di Gading Serpong, Tangerang Selatan, Banten (5/10/2019).
Konferensi internasional merupakan salah satu rangkaian acara Forum Komunikasi (Forkom) FKIP Negeri se-lndonesia yang diselenggarakan 4-5 Oktober 2019.
Acara menghadirkan beberapa pembicara utama yakni Prof. Ojat Darojat (Rektor Universitas Terbuka), Prof. Ruth Reynold (Ahli pendidikan dan pimpinan Global Education Research and Teaching Team, Australia), Prof. Suminto Sayuti (Ahli budaya dan bahasa, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia), Prof. Patricia Moyer-Packenham (Direktur Pendidikan Matematika Utah State University, Amerika), dan Prof. Ahmad Rozelan Yunus (Fakultas Teknologi Manajemen dan Teknopreneurship Universiti Teknikal Malaysia Melaka, Malaysia).
Selain itu, ICIEP juga mempresentasikan 111 makalah terkait berbagai aspek pendidikan yang sudah terseleksi.
Memperluas akses lewat teknologi
Prof. Ojat Darojat (Rektor Universitas Terbuka) menyampaikan, "Terkait pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di era industri 4.0, hal ini menjadi wadah bagi praktisi dan akademisi dapat merespon perkembangan teknologi yang berdampak terhadap kualitas pembelajaran."
Prof. Ojat mengajak para akademisi memiliki sensitifitas terhadap perubahan dalam masyarakat, termasuk dalam memenuhi kebutuhan pembelajaran yang dapat diakses dari mana saja, dan kapan saja.
"Yang terpenting dari teknologi tidak hanya menghilangkan batasan-batasan itu, namun juga dapat menghadirkan pendidikan yang terjangkau bagi masyarakat, sepertinya UT. Melalui teknologi saat ini UT mampu melayani 350 ribu lebih mahasiswa dari berbagai kalangan," jelas Prof. Ojat.
Rektor UT juga menyampaikan saat ini telah tumbuh kebutuhan masyarakat agar strategi pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang telah dikembangkan UT dapat juga diterapkan oleh perguruan tinggi konvensional lain.
"Hal ini juga menjadi perhatian Kemenristekdikti untuk mendorong perguruan tinggi konvesional untuk mengikuti jejak UT mengembangkan pendidikan jarak-jauh atau online. Kegiatan pembelajaran kini tidak hanya terbatas face to face di dalam kelas namun juga sudah dapat dilakukan online yang dapat meningkatkan intensitas pembelajaran kapanpun," jelas Prof. Ojat
Ia berharap dengan meningkatnya intensitas pembelajaran ini akan meningkatkan pula kualitas pembelajaran di pendidikan tinggi.
Membangun jembatan dengan teknologi
Tuntutan penggunaan teknologi dalam pembelajaran juga disampaikan Prof. Ruth Reynold dari Global Education Research and Teaching Team, Australia.
"Tantangan era revolusi industri 4.0 adalah bagaimana membangun jembatan antara dunia fisik dan dunia digital yang mampu menghubungkan antara manusia dengan manusia, manusia dengan teknologi, dan teknologi dengan teknologi," jelas Prof. Ruth.
Hal ini mendorong pendidikan untuk mampu melahirkan lulusan dengan kompetensi yang menguasai literasi dasar seperti literasi baca, angka, sains, teknologi, finansial dan literasi budaya.
Sementara pembicara lain, Prof. Patricia Moyer dari Utah University Amerika Serikat menjelaskan teknologi telah memberikan banyak pilihan kepada para siswa.
"Siswa dapat memilih bagaimana mereka belajar, apakah menggunakan komputer, layar sentuh atau telepon pintar mereka. Mereka kini juga dapat memilih kapan dan di mana mereka belajar. Semua pilihan ini akan menambah kesempatan mereka dalam belajar," ujar Prof. Patricia.
Meski demikian, Prof. Suminto Sayut dari UNY mengingatkan pentingnya menjaga budaya dan kearifan lokal agar pada akhirnya manusia tidak menjadi budak teknologi.
"Belajar melalui dan menggunakan budaya dan kearifan lokal, akan membuat pembelajaran tidak kehilangan sisi kemanusiaannya. Sisi kemanusiaan inilah yang membedakan kita dengan mesin," tegas Prof. Suminto.
Selain Universitas Terbuka, pemakalah juga datang dari perguruan tinggi atau lembaga dalam dan luar negeri, antara lain: Universitas Teknologi Mara (Malaysia), Rajamangala University of Technology Tanyaburi (Thailand), De La Salle University (Philipina), Islanders Education (Maldives), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Muhammadiyab Surabaya, IKIP PGRI Pontianak, Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung), Universitas Al-Azhar Indonesia, UIN Ar-Raniry Aceh, Universitas Serambi Mekkah, Universitas Pelita Harapan dan masih banyak lainnya.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/10/08/20223311/iciep-membangun-jembatan-dunia-fisik-dan-digital-dalam-pembelajaran