Salin Artikel

Menyanding Gawai Dalam Kelas, Menjadikan "Lawan Jadi Kawan" Pembelajaran

KOMPAS.com - Banyak orang tua masih menganggap gawai, telepon pintar atau HP hanya sebagai alat komunikasi dan hiburan semata dan belum memberikan manfaat baik bagi putra-putri mereka.

Padahal, ada banyak hal luar biasa bisa diperoleh dari penggunaan gawai ini, utamanya untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa.

Hanya saja belum banyak sosialisasi untuk memperbaiki pandangan ini.

Ini menjadi keresahan tersendiri bagi Sasmiati atau akrab Sasha, Fasilitator Daerah Program Pintar yang merupakan Guru SD Negeri 027 Tenggarong Seberang, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.

Tercetuslah ide, untuk menggabungkan konsep MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi) yang didapat dari pelatihan Pembelajaran Baik Tanoto Foundation, dan fungsi Portal Rumah Belajar yang digagas Pustekkom dan Kemdikbud.

Tidak semua orangtua percaya

Kali ini, Sasha, memfokuskan pada muatan pelajaran IPS, salah satu ilmu yang kurang disukai siswa karena dianggap membosankan dan hanya hafalan. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning, siswa diajak untuk menggali bersama latar belakang masalah dan bagaimana memecahkan masalah tersebut.

Pembelajaran Kurikulum 2013, hanya berisi pokok-pokok bahasan yang membutuhkan penembangan kreatifitas dari guru agar tujuan atau pesan dari KD (Kompetensi Dasar) sebuah muatan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa.

Disinilah gawai mengambil peran dalam proses pembelajaran. Dari gawai, banyak bahan bacaan dapat dijadikan materi pembelajaran.

Pada muatan pembelajaran IPS kali ini, dengan topik Interaksi Manusia dengan lingkungan, guru mengajak siswa mengenali bencana alam yang ada disekitarnya dan memahami cara menghadapi kemudian bersama-sama menemu kenal cara pencegahannya.

Sehari sebelum materi diberikan, Sasha meminta siswa membawa gawai untuk pembelajaran berikutnya. Tentunya, sebelumnya guru telah berkomunikasi dengan orangtua.

Namun ternyata tidak semua orangtua percaya gawai yang dibawa siswa nanti, akan benar-benar digunakan untuk belajar. Alhasil, hanya sebagian siswa yang membawa gawai ke sekolah.

Mengalami dan berinteraksi

Namun ini tidak akan menjadi kendala dalam pembelajaran.

Setelah siswa dibagi dalam beberapa kelompok, setiap kelompok diberi beberapa bacaan terkait dengan topik pembelajaran. Kemudian secara berkelompok siswa mengerjakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) pertama.

Tiap kelompok diminta mengidentifikasi penyebab terjadinya bencana alam. Lalu mereka membuat pemetaan tentang kerugian apa saja yang ditimbulkan dari bencana tersebut.

Salah satu dari siswa ada yang bertanya tentang tulisan kecil di bawah masing-masing bacaan.
“Miss Sasha, artinya sumber bacaan http:www.com itu artinya apa Miss?," tanya Nyoman dengan bersemangat.

“Pertanyaan bagus Nyoman, itu artinya Miss Sasha mengambil materi yang kalian baca itu dari internet. Nanti kita belajar bersama-sama tentang ini ya," jawab Sasha.

Sambil mengamati siswa berdiskusi, sesekali membantu kelompok yang mengalami kesulitan, Sasha memfasilitasi didkusi dan mengingatkan anak-anak agar diskusi yang terjadi tetap berfokus pada materi.

Ini menjadi hal yang sangat penting, karena disinilah proses dari “Mengalami dan interaksi” itu terjadi.

Keseruan dalam belajar dimulai

Setelah berdiskusi, masing-masing kelompok melakukan karya kunjung ke kelompok lain. Perwakilan siswa akan bertugas ke kelompok lain menjelaskan hasil kerja mereka dan menerima masukan dari kelompok lain lalu kembali ke kelompoknya untuk menyempurnakan hasil kerja.

Keseruan dari pembelajaran diteruskan dengan mengerjakan LKPD kedua yang dikerjakan secara individu. Dalam LKPD ini siswa diminta untuk membuat laporan dari hasil diskusi yang mereka lakukan.

Tibalah saatnya Sasha meminta anak mengeluarkan gawai yang dibawa dari rumah. Karena tidak semua anak-anak diijinkan membawa gawai oleh orangtuanya, akhirnya anak-anak menggunakan gawai secara berpasangan.

Sebelumnya Sasha memperkenalkan portal Rumah Belajar sebuah portal pembelajaran yang diciptakan khusus unttuk siswa usia belajar dari PAUD sampai Pendidikan Atas yang digagas Pustekkom dan Kemdikbud dan dapat digunakan siswa secara gratis.

Tak lupa ia mengingatkan agar siswa dapat menggunakan portal pembelajaran ini untuk membantu siswa belajar dirumah tentunya dengan bimbingan orangtua.

Siswa kemudian dibimbing untuk masuk ke salah satu fitur dalam Rumah Belajar yaitu “Bank Soal”. Kemudian siswa mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi yang ada di Bank Soal.

Anak-anak begitu bersemangat karena dapat melihat langsung nilai dari soal yang mereka kerjakan.

Memahami hal sulit tanpa menghafal

Diakhir pembelajaran Sasha meminta siswa melakukan refleksi dari pembelajaran yang telah dilakukan.

Semua anak merasa senang karena telah diajak proses MIKiR (Mengalami, Interaksi, Komunikas Refleksi) materi pembelajaran. Apalagi kali ini mereka dibimbing memanfaatkan teknologi meningkatkan kompetensi.

“Bijaklah dalam memanfaatkan gawai ya anak-anak, karena gawai yang kamu miliki bisa menjadi sahabat yang membuatmu hebat jika kamu memanfaatkan dengan baik. Dan bisa menjadi penjahat jika kalian hanya menggunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.

Yang harus kalian ingat, selalulah meminta ijin dan pendampingan dari orangtua atau saudara yang lebih tua sebelum menggunakan gawai ya agar ketika kalian menemui kesulitan, kalian bisa langsung bertanya untuk mendapatkan penjelasan," pesan Sasha di akhir pembelajaran.

Menurutnya, pengalaman belajar yang baik akan memberikan kesan tersendiri terhadap anak. Dengan mengalami sendiri materi diberikan akan membuat siswa memahami sesuatu yang sulit tanpa perlu dihafalkan. Dan penggunaaan teknologi dalam pembelajaran dapat dijadikan alternatif agar pembelajaran lebih bervariatif.

“Ini kali pertama anak-anak membawa gawai ke sekolah untuk disandingkan dengan pembelajaran, memang untuk hari ini belum digunakan dengan maksimal di dalam proses tetapi ke depannya akan lebih ditingkatkan lagi sehingga anak-anak semakin mengenal dan memahami manfaat baik dari gawai itu sendiri," ujar Sasha mengakhiri percakapan.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/10/14/20425511/menyanding-gawai-dalam-kelas-menjadikan-lawan-jadi-kawan-pembelajaran

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke