KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti (SDID) kembali mengadakan acara tahunan Anugerah Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Diktendik) Berprestasi Tahun 2019 ke-16.
Ajang bertepatan Hari Sumpah Pemuda ini dalam rangka memberikan penghargaan bagi para tenaga pendidik maupun kependidikan berprestasi, baik dari sisi temuan, inovasi, karya, hingga kualitas layanan serta dedikasi selama menjalani profesinya.
"Jika sebelumnya kami memberikan penghargaan Academic Leader bagi para profesor dengan pertimbangan dedikasi yang diberikan sepanjang kariernya, maka Diktendik Berprestasi ini diikuti oleh dosen dan tenaga kependidikan yang relatif usianya masih muda. Hal ini karena persyaratannya adalah maksimal lektor kepala. Sedangkan penilaian berdasarkan karya yang telah dihasilkan selama lima tahun terakhir," ujar Bunyamin Direktur Karier dan Kompetensi SDM
Pembukaan rangkaian acara Diktendik Berprestasi 2019 ini dilakukan pada 26 Oktober 2019. Kemudian pada tanggal 27 Oktober, para finalis terpilih kembali berkompetisi di hadapan para juri hingga akhirnya terpilih tiga pemenang terbaik dari berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
7 kategori penghargaan
Bunyamin Maftuh mengatakan, para finalis telah melalui penyaringan di tingkat universitas, baru kemudian mengikuti tahapan. Jumlah peserta awal yang mengikuti Diktendik Berprestasi 2019 sebanyak 279 orang, kemudian terpilih 10 finalis untuk masing-masing kategori.
Terdapat tujuh penghargaan yang diberikan, meliputi dua penghargaan untuk dosen, yakni dosen berprestasi bidang sains dan teknologi (saintek), serta dosen berprestasi bidang sosial dan humaniora (soshum).
Sedangkan lima penghargaan lainnya dianugerahkan kepada tenaga kependidikan, meliputi pranata laboratoriun pendidikan, pustakawan, arsiparis, pengelola keuangan, dan administrasi akademik berprestasi.
Sementara dalam sambutannya, Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Ali Ghufron Mukti menyebut, semangat Hari Sumpah Pemuda menjadi motivasi bagi para pendidik maupun tenaga kependidikan untuk membangun iklim akademik yang kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan Indonesia.
Dengan begitu, diharapkan perguruan tinggi dapat melahirkan sumber daya manusia unggul, dan berdaya saing tinggi.
“Keberadaan pendidik yang kompeten tentu akan mempengaruhi kualitas lulusan perguruan tinggi. Di sisi lain, peran tenaga kependidikan sebagai pendukung proses belajar-mengajar dan garda depan layanan kampus juga tidak kalah penting,” tutur Dirjen Ghufron.
Dirjen Ghufron juga sempat menyoroti terkait tenaga kependidikan yang kerap minim perhatian dari pimpinan perguruan tinggi.
Bagi Ghufron, peran tenaga kependidikan krusial lantaran sebanyak apapun prestasi perguruan tinggi, jika data-datanya tidak tersimpan dengan baik, maka tidak akan meningkatkan mutu institusi tersebut.
"Di sisi lain, sejak dahulu Pemerintah tidak pernah memberikan beasiswa kepada tenaga kependidikan, sekarang kita pastikan untuk mendapat beasiswa,” tutur Dirjen Ghufron.
Terobosan Ditjen SDID untuk meningkatkan kualifikasi tenaga kependidikan adalah memberikan skema beasiswa jenjang S-2 melalui Beasiswa Pascasarjana Tenaga Kependidikan Berprestasi (PasTi).
Dirjen Ghufron menambahkan, beasiswa tersebut harus benar-benar dimanfaatkan para tenaga kependidikan supaya meningkatkan pelayanan di perguruan tinggi.
"Namun, yang sudah mendapatkan Beasiswa PasTi diharapkan untuk tidak beralih menjadi dosen. Karena selama ini, banyak tenaga kependidikan yang sudah memperoleh gelar S-2 justru ingin menjadi dosen,” imbuh Guru Besar dari Universitas Gadjah Mada itu.
https://edukasi.kompas.com/read/2019/10/29/16455221/momen-sumpah-pemuda-puluhan-dosen-dan-tenaga-kependidikan-raih-penghargaan