Salin Artikel

Asah Berpikir Global, Sekolah Highscope Gelar Simulasi Sidang PBB

KOMPAS.com – Sekolah HighScope Indonesia TB Simatupang menyelenggarakan HighScope Model United Nations (HSMUN) 2019 berlangsung pada 30-31 Oktober 2019. Ini merupakan tahun ke-11 sejak digelar pertama kali tahun 2009.

Mengambil tema “Leading the Race to Secure Control and Establish Order”, HSMUN 2019 diikuti 290 siswa dari 30 sekolah di wilayah Jabodetabek. Mereka mengambil simulasi peran sebagai delegasi yang mewakili negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Latar belakang diadakannya acara ini guna melakukan pendekatan pembelajaran yang sebisa mungkin menyerupai kehidupan nyata sehingga kegiatan belajar mengajar harus bisa mengakomodasi nilai-nilai dan kemampuan yang dibutuhkan siswa pada masa mendatang.

HSMUN merupakan simulasi Sidang Umum PBB untuk tingkat SMA yang digelar untuk mengasah keterampilan dan nilai para siswa melalui konteks PBB dan berbagai topik yang dibahas.

Milenial calon pemimpin

Sesuai dengan perkembangan zaman, ada sejumlah keterampilan dibutuhkan dalam mengikuti acara tersebut, yaitu berbicara di depan publik (public speaking), menulis (writing), bernegosiasi (negotiation), melakukan riset/penelitian (research), memecahkan masalah (problem solving), pembangunan kesepahaman (consensus building), serta kompromi dan kerjasa sama (compromise and cooperation).

Para siswa juga diharapkan mampu mempelajari diplomasi dan memberi solusi terhadap isu-isu internasional yang dibahas dalam perhelatan ini. Sebab, sebagai calon pemimpin masa depan, mereka harus bisa menghadapi berbagai tantangan dan mengambil keputusan.

Dalam pembukaan acara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika periode 2014-2019 Rudiantara memberi apresiasi kepada para siswa yang mengikuti HSMUN karena merekalah yang akan berkontribusi dalam pembangunan Indonesia 10 tahun ke depan dan seterusnya.

“Saya mengapresiasi HSMUN, ini betul-betul generasi milenial yang akan mengisi Indonesia 10 tahun lagi, saat kita di puncak demografi. Ekonomi kita akan sebesar ASEAN, saat kita punya 100 juta consuming class di Indonesia, mereka ini yang akan di sana,” ucap Rudiantara kepada Kompas.com seusai acara pembukaan HSMUN 2019, Rabu (30/10/2019) di Jakarta.

Dia mengatakan, selain mengatur wilayah kenegaraan, salah satu tugas PBB yakni menata dunia internet. Penataan itu bisa dilakukan melalui Internet Government Forum (IGF). Itulah yang membuat adanya perbedaan antara yang fisikal dan virtual.

Maka dari itu, para siswa harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas tentang dunia internasional karena secara tidak sadar di dunia virtual kita sekarang sudah menjadi warga negara internasional.

“Ada wilayah kenegaraan yang fisikal saja susah diatur, begitu juga di internet sulit. Itu yang saya ingin teman-teman tahu. Jadi ada beda antara yang fisikal dan virtual. Cara berpikirnya tidak hanya Indonesia, tapi konteks global. Karena di dunia maya kita jadi warga negara global atau global citizen,” jelas Rudiantara.

Dia pun mengharapkan acara seperti ini bisa dilakukan di sekolah atau perguruan tinggi lain sehingga semakin banyak anak muda Indonesia yang memiliki wawasan luas dan membiasakan diri berpikiran global.

Dalam kesempatan yang sama, Sarah Rosetta Aurelia, siswa kelas XII SMA HighScope yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal HSMUN 2019, menuturkan bahwa simulasi Sidang PBB semacam ini merupakan yang pertama untuk SMA di Indonesia.

“Kami ingin meningkatkan dan memberi pengalaman baru kepada para partisipan. Saya harap partisipan tidak hanya bisa mengenal lebih banyak teman, tapi juga mempunyai sudut pandang baru dalam dunia diplomasi internasional,” tutur Sarah.

https://edukasi.kompas.com/read/2019/10/31/15554551/asah-berpikir-global-sekolah-highscope-gelar-simulasi-sidang-pbb

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke